10 Things To Do In Pangandaran

sunset pangandaran

Mendengar daerah “Pangandaran”, ingatan saya melayang ke jaman dimana saya masih SMA. Saat itu, kami yang baru saja selesai menunaikan pesantren kilat di suatu daerah di Jawa Barat menyempatkan diri untuk hore-hore di pantai Pangandaran yang tersohor. Dalam bayangan tersebut, Pangandaran hanyalah sebuah pantai yang tidak memiliki keunikan tertentu. Warna pasir pantainya coklat, dengan air yang tidak bening. Tidak ada yang istimewa dengan wisata Pangandaran, hingga saya menyambanginya lagi 10 tahun kemudian.

Jelajah Pangandaran 2013

Diundang oleh LSM Indonesia Ecotourism Network (Indecon) yang bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), saya dan beberapa teman ACI berkunjung ke Pangandaran dan sekitarnya bersama beberapa stakeholder yang lain.

Sebagai blogger, tentulah saya gatel untuk menceritakan wisata Pangandaran yang ternyata.. Betul-betul berbeda dengan ingatan saya semasa SMA. Pangandaran kali ini, lebih berwarna, lebih tertata, dan membawa banyak cerita. Apa saja yang bisa saya ceritakan? Tengoklah 10 aktivitas yang saya lakukan saat di pangandaran, yang wajib dicoba oleh kamu-kamu semua!

1. Memakai ikat kepala khas Sunda (Iket/Totopong)
Setelah 10 jam lebih di perjalanan Jakarta – Pangandaran, rombongan kami langsung disambut di Batu Karas oleh pejabat setempat, dan kami semua diberikan Iket yang dibantu dipakaikan di kepala kami masiing-masing. Yang cowok jadi keliatan ganteng, yang cewek jadi kelihatan keren. Ternyata gak usah jauh-jauh ke Korea kalo mau keliatan lebih kece! Lalu apa sih arti Iket sendiri dan apa juga filosofi di balik ikat tersebut? Bisa dibaca di SINI 

Wisata Pangandaran
Iket Boyband *eh*

2. Berburu sunrise di Batu Karas dan Foto siluet sunset Pantai Pangandaran
Selain tenar sebagai tempat surfing, cobalah bangun pagi (sebelum jam 5 pagi) untuk melihat matahari terbit di sini. Spot paling baik melihat sunrise? Jalan ke arah penginapan Java Cove (yang direkomendasikan di Lonely Planet), nanti tidak jauh dari situ sekitar 50 m ada tebing yang mudah untuk didaki.

Naiklah ke puncaknya, dan jepretlah keindahan matahari yang baru menampakkan suryanya yang malu-malu. FYI, di sini banyak nyamuk sehingga lebih baik kamu memakai celana panjang atau oleskan penolak nyamuk sebelumnya. Asal jangan olesin penolak jodoh, emang mau jomblo terus-terusan?

Photo by: @indtravel
Photo by: @indtravel

Kalau berburu sunrise di Batu Karas, urusan sunset persunsetan bisa diselesaikan dengan cara baik-baik di Pantai Pangandaran, si objek wisata utama. Tipikal pantainya memang bukan untuk pantai leyeh-leyeh dengan ombak tenang dan cocok untuk bikin tanning body. Bukan.

Pantai Pangandaran cocok untuk ditelusuri sambil berjalan kaki saat sunset sambil mengamati nelayan setempat yang sedang melaksanakan ritualnya sehari-hari. And you know what my friend, sunset in Pangandaran beach is beyond your expectation. Gak pernah nyangka kalo sunsetnya bisa berwarna keemasan dengan cahaya berpendar-pendar ke segala arah. Sangat cocok untuk foto-foto siluet ataupun untuk timelapse yang ciamik.

3. Body Rafting di Citumang
Body rafting. Wisata Pangandaran. Di mana lagi kalau bukan di Green Canyon? Yak, maaf ki sanak. Kali ini tebakan kamu salah, Jelajah Pangandaran ternyata membawa saya untuk body rafting di Citumang, area wisata untuk berkemah, body rafting, ataupun piknik-piknik lucu yang terletak tidak jauh dari Green Canyon.

Tanya-tanya sama orang di sana, tempat tersebut dinamakan Citumang berdasarkan legenda setempat mengenai seekor buaya buntung yang bernama Tumang (Si Tumang). Untuk ber-body rafting ria, kita harus jalan dulu sekitar 15 menit ke gerbang masuk tempat wisata, yang dilanjutkan lagi jalan kaki sekitar 5 menit ke dalam untuk sampai di hulu sungai yang berwarna hijau turqouise. Warna hijau bukan dari airnya, namun dari bebatuannya yang berwarna hijau seperti itu.

Subhanallah deh pokoknya. Lalu siapkan nyali untuk nyemplung di air yang dingin dan segar. Nanti pemandunya akan mengajak kita ke dalam gua, lompat dari ketinggian kurang lebih 6 m, ataupun juga lompat dari air terjun mini. Saya mah yang mini-mini aja deh sesuai bodi. Hihi.. Di ujung perjalanan kami naik sebelum bendungan, tapi masuk lagi ke parit. Saling kaitkan kaki, dan rasakan sensasi mengikuti arus secara berjamaah!

Wisata Pangandaran
Body Rafting

4. Mengunjungi Taman Wisata Alam Pananjung
Perjalanan di Cagar Alam Pananjung ini seakan napak tilas bagi saya karena lebih dari 10 tahun yang lalu tersebut saya juga datang ke sini. Seingat saya, gua-gua yang ada di tempat ini biasa banget dan gak ada cerita tersendiri. Namun setelah disambangi lagi, masing-masing gua memiliki ceritanya masing-masing.

Ada Gua Panggung yang konon dibuatkan oleh para istri dari Embah Jaga Lautan, anak angkat Nyi Roro Kidul. Ada pula Gua Parat yang di dalamnya terdapat semacam staglatit yang berbentuk kelamin pria dan wanita. Katanya sih, kalo mau cepet dapet jodoh, silakan mengelus-ngelus batuan itu. Yang cowok elus “batu cewek” ya, jangan sampe salah elus “batu cowok”, nanti kalo belok jadi susye. Hehe.

Selain mengunjungi gua demi gua, kamu juga bisa foto-foto bersama monyet-monyet, rusa, dan burung merak yang ada di sana. Tapi inget untuk jangan memberi mereka makan ya, karena nanti mereka akan jadi ketergantungan terhadap turis dan sulit mencari makan sendiri. Oh ya, untuk ke TWA ini selain lewat jalur darat, kita bisa juga naik perahu.

Sempatkan untuk melihat Batu Layar dan juga Karang Buaya yang berada di tengah laut jika kita melewati pantai bagian timur. Salah satu keunikan dari laut Pangandaran adalah: Kita bisa melihat berbarengan moonrise dan sunset yang biasanya harus dilihat dari sisi yang berlainan.

Wisata Pangandaran
TWA Pananjung

5. Menari Ronggeng dan menonton Kuda Lumping secara live!
Jelajah Pangandaran tidak berhenti hanya di wisata alam saja, namun juga menampilkan kesenian daerah setempat. Saat kami mengunjungi Desa Sukahurip, ada kesenian menumbuk-numbuk alu, membunyikan bambu-bambu, sampai ronggeng gunung. Yang seru, kita sebagai tamu juga diajak untuk ikutan meronggeng. Jangan salah, gerakannya memang kelihatan mudah. Namun saat dicoba, tidak semudah itu anak muda! Berasa rave party di gunung! :))

Jika sudah mencoba meronggeng dengan penduduk lokal, kita wajib juga menonton pertunjukan kesenian yang sudah tenar seantero Indonesia, yaitu Kuda Lumping. Saat Jelajah Pangandaran, kami menyaksikan pertunjukan ini di Desa Pananjung. Saya sih pernah nonton kuda lumping kuda lumpingan yang dulu sering lewat depan rumah, tapi atmosfer menonton Kuda Lumping secara live itu emang membius! 1,5 jam pertunjukan, saya dan Bram masih nganga nontonnya.

Soalnya gerak gerik si penari super luwes (padahal cowok), belom lagi pas adegan kesurupan. Kyaaa! Adrenalin meningkat! Apakah kesurupannya beneran? Kurang ngerti juga, tapi pas pulang dari nonton Kuda Lumping, ada peserta rombongan yang kesurupan. Kesurupannya dalam bentuk apa? Dia jadi nyinden. JREEENG! Malem-malem, di hotel ada suara nyinden aja dulu lho. Jadi, percaya gak percaya sih Pak Leo.

Penari Kuda Lumping
Penari Kuda Lumping

6. Mengunjungi Desa Babakan
Ada apa di Desa Babakan? Ada penghasil gula merah. Biasanya kan kita taunya gula merah cuma di dapur, kalo ini langsung melihat cara pembuatannya dari hulu hingga hilir. Meskipun namanya gula merah, tidak ada sama sekali gula yang berperan di sini. Gula merah terbuat dari nira yang diambil dari pohon kelapa.

Nira ini nantinya dimasak selama 30 menit, jika sudah mendidih, cairan tersebut langsung diangkat dan dicetak secara indie, tidak boleh lama-lama. Agar tahan lama, kadang gula merah dicampur dengan sirih (kapur). Terlihat mudah, namun keterbatasan alat dan cuaca bisa jadi penghalang. Misalnya saja malam sebelumnya hujan, pohon kelapa menjadi licin untuk dipanjat dan diambil niranya.

Di desa ini kamu akan ditawarkan untuk makan singkong dan ubi yang sudah direbus dalam larutan gula merah. Jangan ditolak! Pokoknya jangan. Karena saat penganan tersebut dipadu dengan teh panas tawar, mulut kamu akan bahagia lahir dan batin. Yakinlah sumpah.

pembuatan gula merah (pic by Nova)
pembuatan gula merah (pic by Nova)

7. Mengadopsi Mangrove di Bulak Setra
Masih di dekat pemukiman penduduk Desa Babakan, kami bergegas ke tempat budidaya mangrove yang bertujuan untuk mengurangi abrasi. Untuk ke sana, wajib bikin perahu karet yang diikat dengan tali dan bambu. Serruuu!

Perjalanan menyebrang sungai untuk ke tempat mangrove cukup 15 menit aja. Akan lebih cepat kalo yang ngedayung ototnya segede gede Agung Hercules. Siapa sih yang mau susah-susah menjaga dan menanam mangrove itu? Tersebutlah komunitas pecinta alam ilalang, karena mereka concern terhadap pemukiman yang hancur saat tsunami menerpa di tahun 2006.

Menurut ketua komunitasnya, sudah ada manfaat yang didapatkan, misalnya ada angin yang cukup kuat, pepohonan mangrove yang berjumlah lebih dari 5.000 pohon itu seakan kuat untuk menahan laju angin yang datang. Setelah meminum es kelapa segar, baru deh kami menanam mangrove yang ditag dengan nama kami masing-masing. Baik-baik di Pangandaran ya nak, kapan-kapan Mamah bakal dateng bawa mainan buat kamu.. :’)

Mangrove babakan

8. Mencoba segala makanan dengan bahan Honje
Ada yang tahu honje? honje atau kecombrang merupakan semacam bunga, yang bisa jadi campuran berbagai jenis masakan ataupun minuman. Pertamanya sih saya gak tau apa itu Honje, tapi pas baru dateng ke Batu Karas, kami disuguhi segelas jus honje dingin. Dari rasa, tastenya itu sedikit asam-asam pahit.

Gak buruk, tapi baunya saya gak begitu sreg. Di Pangandaran ini, ternyata hampiiir semua makanan pake honje. Di Batu Karas ada jus honje, di Desa Sukahurip ada Pindang Gunung pake honje (tapi ini wuenak), sampe pas kita makan bareng di atas daun pisang (Cucurak) di Desa Pangandaran, sambelnya juga pake honje! Wajib coba, ceu!

Makan ala cucurak
Makan ala cucurak

9. Bersepeda ataupun naik odong-odong lokal
Tadi saya udah cerita kan mengenai desa Babakan? Nah, saat Jelajah Pangandaran, kami datang ke desa tersebut dengan mengendarai sepeda sekitar setengah jam dari penginapan kami, hotel Sandaan yang terletak di seberang pantai.

Naik sepeda di sini cukup menantang karena banyak kendaraan lalu lalang di dekat pantai. Namun ketika melewati perumahan penduduk, bersepeda menjadi super menyenangkan karena pepohonan rindang yang menaungi, ataupun semilir angin yang bikin adem hati dan bodi. Serrr. Itu naik sepeda yang sendiri.

Kalo malem, coba sewa odong-odong yang digowes juga, tapi gowesnya bareng-bareng. Yang bikin seru, odong-odong Pangandaran punya tape yang bisa dinyalain kenceng-kenceng yang diikuti dengan lampu-lampu yang memenuhi si odong-odong. Kapan lagi norak-norakan balepan odong-odong yang muter sealbum lagu Bob Marley?!

Geng Odong-odong
Geng Odong-odong

10 Meronce bersama Ibu-ibu Campernik
Hari terakhir saya dan teman-teman dalam wisata Pangandaran ditutup dengan meronce bersama ibu-ibu komunitas campernik desa Pangandaran. Ibu-ibu yang peduli dengan sampah yang ada di Pangandaran an sekitarnya. Ceritanya dulu mereka mah bodo amatan sama sampah sampe suatu hari ada turis yang marah-marah dan pulang karena Pangandaran banyak sampah.

Dari situ, mereka aware kalo sampah tidak tertanggulangi, maka pariwisata Pangandaran akan jelek namanya. Maka mereka mulailah kerjasama dengan warung-warung untuk mengambil sampahnya, terutama untuk sampah bekas kopi sachet. Dari bungkus-bungkus tersebut, mereka membuat kerajinan tas, tempat tisu, dompet, dan semacamnya.

Menurut mereka, makin banyak sampah yang bisa dijadikan satu tas akan semakin baik, karena memang tujuannya mengolah sebanyak-banyaknya sampah yang ada. Meronce itu apa sih? Ya semacam membikin sachet-sachet bekas itu menjadi bentuk tas. Dan setelah beberapa saat, saya sakses bikin 1 tas kecil, sodara!

Sepertinya ini prestasi terbesar saya dalam hidup. Oh ya, dengan adanya kegiatan ini, Ibu-ibu Pangandaran juga mulai makin mandiri dan bisa bantu-bantu suami untuk duit sekolah anak. Keren ya, dari mereduce sampah, menjadikannya tas cantik, hingga bisa membantu keluarga. 7 jempol buat Ibu-ibu di sini! :D

Meronce basamo
Meronce basamo (pic by @umenumen)

Sekiranya itu 10 hal yang wajib dilakukan kalo wisata Pangandaran. Dari 4 hari perjalanan saya di Pangandaran, saya memiliki beberapa masukan untuk para stakeholders Pangandaran:

  • Explore lagi sungai-sungai yang bisa dijadikan tempat wisata. Karena sepenglihatan saya, masih ada sungai-sungai selain Citumang dan Green Canyon yang juga keren.
  • Kalo pantainya mau “dijual”, jangan bilang kalo pantai Pangandaran berpasir putih berair biru, karena memang pangandaran tidak seperti itu. Juallah Pangandaran sebagai pantai yang diburu karena ombaknya yang sempurna untuk para surfer.
  • Akan lebih baik jika acara-acara kesenian memiliki jadwal yang fix sehingga wisatawan tahu kapan mereka harus datang.
  • Website mypangandaran udah oke, tapi butuh navigasi yang lebih tokcer lagi biar turis gak bingung karena kebanyakan huruf di bagian homepage.

Sekian tulisan panjang saya mengenai Pangandaran. Semoga bisa menjadi masukan dan guidance yang informatif untuk kamu yang mau ke sana. Terakhir, ada 2 video bonus yang bisa dinikmati hasil karya sohib ACI saya Bram dan Opa Faisal yang juga mengikuti Jelajah Pangandaran. Happy traveling! :)

23 thoughts on “10 Things To Do In Pangandaran”

  1. Vicky Laurentina

    Hai..saya sudah tujuh kali bolak-balik ke Pangandaran sebelum tahun 2006 dan saya nggak tahu ada kegiatan-kegiatan seperti yang Anda bilang di atas. Kedengeran menarik sekali! Jika saya ingin menikmatinya, ke biro jasa mana yang bisa mengorganisir saya untuk mengunjungi kegiatan-kegiatan itu? Saya senang jika dapet alamat/website-nya. Thank you!

    1. Halo kak Vicky, untuk acara-acara di atas semuanya aku jalanin selama 4 hari penuh karena kebetulan diundang sama dinas pariwisatanya, sehingga semua bisa diimplementasikan dengan mudah. Untuk website, ada yang lumayan lengkap nih ttg pangandaran, yaitu di mypangandaran.com, sedangkan untuk tanya2 lebih detail bisa via twitter ke @mypangandaran yang cukup aktif membagikan info2 seputar pangandaran. Pasti mereka punya network untuk itu. Semoga membantu ya. Makasih udah main2 ke sini. :)

  2. Wah Pangandaran… Kapan bisa menjejakkan kaki disini sekaligus menorehkan tinta emas mengenai lokasi ini di blog ya? Aminnn… :-)

  3. Waah.. Benar th.. Hehe,, Tadi siang jga sdh nanam pohon mangrove di Bulaksetra bareng anggota Pencinta Alam Semeru Putera Pangandaran dan kakak2 dr Kom. Ilalang.. Seru banget, bisa ikut dlm pelestarian alam.. hehe.. :)

  4. Wah…ternyata banyak hal ya yg bisa dilakuin di Pangandaran. Waktu thn 2011 karena cuma 2 hari yang ga full kesana cuma ke Green Canyon, Pantai Batu Karas dan Pantai Batu Hiu saja.
    Thanks for sharing mba’ Tiw!

  5. Paket Wisata Pangandaran

    Pantai Pangandaran memiliki banyak destinasi menarik dan layak untuk di kunjungi, semua kegiatan wisata dapat di coba, pangandaran bukan hanya mengenal pantai, tapi ada beberapa wisata tujuan, di antara nya body rafting, water sport, taman nasional cagar alam dan masih banyak lain nya deh kaka. Kami tunggu di pangandaran ya

  6. Harga Paket Body Rafting Citumang

    Destinasi pilihan dan Favorit baru di Kab,Pangandaran,,Body Rafting Citumang/Green Valley

  7. Assalamualaikum… hai titiw mau tanya dong kira kira nginap di mana yaa di pangandaran yg strategis dan bisa menjelajah utk satu hari … thanks

  8. kapan kapan kesini lagi ya mba.. kebetulan saya orang pangandaran, pas liat tulisan mba nya kirain mau bosen bacanya ehh taunya sampe kelar pengen baca lagi ?

  9. wah dah lama kayaknya ga ke pangandaran dah setahun padahal deket ni dari purwokerto..moga aja ada rejeki tahun depan pengin ke sana

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top