Ora Beach: Lukisan Terindah Maluku Tengah

Ora Beach Pulau Seram Maluku (3)

“Mau ke Ora ya?”

Empat kata di atas selalu dilontarkan hampir semua orang yang tahu saya ke Ambon, dan juga oleh orang-orang di sana. Orang pelabuhan, sopir carteran, sampai orang di angkot. Dan mata mereka yang bertanya itu entah kenapa selalu tampak menuduh bahwa kami ini orang berada. Ya, Resort Ora Beach yang merupakan objek wisata andalan Maluku Tengah, tepatnya di Pulau Seram itu memang terkenal mahal.

Mari saya ceritakan sedikit perjalanan saya ke sana dengan segelintir foto yang diabadikan. Nanti kamu bisa menilai, apakah pantas Ora Beach ini dihargai mahal.

Ambon impulsive trip yang saya jalankan dengan Vina masih berlanjut. Di hari ke-2 kita sampai di pelabuhan Tulehu pukul 08:00 untuk kemudian berangkat menuju Pulau Seram, pulau dimana Ora Beach bercokol. Kapal berangkat pukul 09:00 karena delay 20 menit dan melajulah kami selama kurang lebih 1,5 jam di atas laut untuk tujuan pelabuhan Amahai.

Dari sana kami naik angkot lagi ke terminal Binaya, dan disambung mobil carteran untuk ke Desa Saka selama 1,5 jam perjalanan. Sebetulnya rata-rata turis yang naik mobil ke Desa Saleman dan disambung dengan perahu selama 10 menit ke Ora. Namun kami yang ngeteng tanpa paket apapun dianjurkan oleh sopir ke Desa Saka saja dan disambung perahu selama 40 menit ke Ora.

Langit yang mendung tidak membikin kami gundah, malah perjalanan dengan perahu kecil menuju Ora yang sangat seru itu membuat Vina dan saya terus-terusan foto-foto, mengambil video, dan mengucap puji syukur pada Allah dengan semangat 2015. “Kita ini si bolang banget ya“, ujar Vina. Entah kenapa tuas tawa saya terputar kencang begitu Vina mengucapkan hal itu. Dua perempuan. Ngeteng. Impulsif. Ambon.

Meninggalkan suami masing-masing di ibukota untuk melihat lukisan alam yang indah bukan kepalang. Tebing-tebing tinggi dan pegunungan menyapa, langit keabu-abuan yang tetap nampak cantik, gemerisik air laut, serta suara perahu motor yang kami naiki adalah variabel-variabel yang kesemuanya sepakat membentuk sebuah kesimpulan: Maluku Tengah itu sangatlah indah.

Perjalanan menuju Ora Beach

Keindahan itu makin dibungkus rapat dengan warna-warna biru, hijau, turquoise, yang mendominasi Ora Beach. Kami turun dari perahu bermotor dan menginjak pasir putih Ora pukul 15.30, disambut mas-mas Ambon manise eh Seram manise (nahlo seram tapi manis) yang mengantar ke kamar. Entah apa yang ada di pikiran pak Alvin sebagai orang yang tektokan dengan kami dalam hal perbookingan kamar. Tidak perlu DP, tidak perlu perjanjian. Dia bilang ada kamar, ya ada kamar atas nama kita. Tanpa ada sistem komputerisasi yang njelimet.

Blessing karena kami jadi tidak harus DP apa-apa, tapi takut juga kalo gak diakui udah booking. Maklum, namanya juga cewek. Pasti butuh kepastian kaaaaan? Senangnya ketika tahu kami mendapatkan kamar 607, kamar view laut yang paling ujung karena memang begitu request saya. Bukan, bukan mau melakukan hal-hal yang kami inginkan, tapi konon kamar paling ujung itu adalah kamar yang paling anyar dibangun sehingga keadaannya masih cakep, terawat, dan mateng pohon kayak tante ini. Eyaaa.

Touchdown Ora Beach!
Welcome to Ora Beach!
Welcome to Ora Beach!
Deretan Kamar Laut
Deretan Kamar Laut
Penampakan kamar gantung

Tak menyia-nyiakan waktu, saya dan Vina langsung berganti baju untuk nyemplung setelah foto-foto di teras kamar kayak orang-orang. Maklum, kudu punya stock foto-foto banyak yang bikin orang comment klise “envy bangeeet” di Instagram. Ya, visi misi kami dalam Ambon Trip ini memang murahan, seperti kami berdua. Sedikit gerimis menemani sesi foto kami.

Namun thanks to Ditacint, kamera underwaternya kami gunakan dengan maksimal mal mal! Mulailah kami bergerilya melakukan foto-foto. Foto penginapan, foto pasir, foto meroda, foto tampak punggung, foto maju mundur cantik, hingga foto berdua yang tampak super close up karena gak pake tongsis. Untung ada mas-mas yang mau fotoin kita beberapa kali. Makasih mas, semoga amal ibadahmu diterima di sisiNYA.

Send you some love from the east!
Send you some love from the east!
Biar mendung, muka kudu cerah
Biar mendung, muka kudu cerah

Namanya juga di pantai, pasti dong foto-foto snorkeling juga. Pilih tempat di dekat dermaga karena kalau lebih dekat ke bibir pantai, nanti dicium. Eh maksudnya banyak karang, kaki kamu bisa kebeset, dan karangnya bisa ancur kegampar fin. Hujan-hujanan sambil snorkeling merupakan pengalaman baru untuk kami, tapi gak menyurutkan semangat punya stok foto keceh. Misalnya aja foto gaya punggung yang wajib dilakukan dengan pemandangan kamar laut.

Gaya punggung meregang badai
Gaya punggung meregang badai

Pas hujan gitu aja saya tetap bisa capture gambar yang lumayan jernih lho, gemana kalo lagi cerah yes? Ada satu kejadian yang bikin keki, lagi foto-foto gitu tiba-tiba ada mas-mas bilang “Mbak, bawa powerbank gak? Kalo iya minjem dong“. LAAAAAH. Udah jelas-jelas di Ora itu semuanya orang fakir listrik. Bisa-bisanya doski mau pinjem power bank?!

Dan setelah saya intip-intip, dia buat foto-fotoin entah pacar atau istrinya dengan pose-pose ala Dian Pelangi. Gonta ganti kostum, rok lebar warna warni, trus sesi pemotretan deh di dermaga. Masya Allah, tante jadi berghibah gini. :))

Snorkeling di Ora Beach
2 wanita murahan

Oh ya, di Ora ini biaya makannya terpisah dengan biaya penginapan. Harga per pax makanan: Rp 250.000 per orang, sudah dapat makan pagi, siang, malam, dan snack sore. Nah, sebelum snorkelingan sore dimulai, saya dan Vina sempet mamam snack dulu nih berupa pisang goreng dan bitter balen yang cukup enak bagi perut kami yang udah kukuruyuk. Puas bermain air, kami naik lagi ke resto dan kembali makan si snack bersama teh anget untuk badan yang udah menggigil.

Tapi entah kenapa mbak-mbak yang jaga kayak bisik-bisik dan ngeliatin kami berdua yang makannya agak-agak gegares. Apa ini berarti makan snack dijatahin? Aneh banget, udah bayar semahal itu dijatahin padahal cuma pisang goreng. :))

Betul aja, rombongan setelah kami gak kebagian pisang goreng, padahal mereka rame-rame. Trus mbak-mbaknya tampak dengan berat hati berjalan ke arah dapur kali ya, dan mengeluarkan makanan lagi. Kamipun berjalan juga, bukan ke dapur melainkan ke kamar kami yang jauh di ujung sana untuk mandi dan sedikit foto session lagi di teras kamar.

I'm in heaven!
I’m in heaven!
Penampakan si kamar mandi
Penampakan si kamar mandi

Selepas magrib kami sempet bobok-bobokan barang sejam setelah mandi karena udaranya dingin pisan euy. Jadi inget pas tante dilamar di Sukabumi sama si Asep *Asepso! Jreng jreng jreng. Di TPI! Jreng jreng jreng!* (yang ngerti lawakan ini berarti udah berumur).

Lagi leyeh-leyeh enak, kita baru inget kalo makan malam siap jam 19:00 dan waktu udah menunjukkan pukul 19:30, dengan berat hati kami melangkahkan kaki menuju resto. Betapa kagetnya saya setelah buka pintu ternyata ada sepasang mata bola yang berada tepat di depan congor!

“Eh mbak, baru mau dijemput makan malam“.

Fyuuuh.. Ternyata itu mas-mas resort yang jemput kita karena kita gak keluar-keluar kamar. Indehoy kagak, tapi maenannya ngamar melulu. Nyahaha. Jalan menuju resto baru terasa jauh di kala malam. Tapi tenang aja, gak sejauh ketika nabi melakukan Isra Miraj sih. Ketika napsu makan sudah terkumpul, liur yang sudah mengumpul di mulut tertelan kembali melihat menunya.

Ikan goreng kering, ayam goreng kecap nanggung, sup jagung dingin, dan sayur semacam capcay yang baunya gak terlalu enak. Yang bikin perut kenyang sepertinya semangka yang free flow. Bukan free flow dibawain sih, lebih tepatnya free flow karena Vina yang ambilin saya terus. Intinya sih dropsy shaaay sama makanannya.

Ditilik dari penampakan yang makan bersama, sepertinya kami bersama 2-3 rombongan, 1 pasangan, yang kebanyakan ngomongnya gaya-gaya anak Jakarta. Gak pake basa basi, kami langsung balik ke kamar, sikat gigi, dan bobokan. Suara ombak kencang yang menerjang tebing di samping kamar kami cukup menyeramkan, sehingga Vina memutuskan untuk hijrah ke kasur saya.

Udah mana ni bocah pake ngemeng “Dut.. Kalo tiba-tiba ada orang manjat ke kamar kita gemanaaa?” Ya gak gemana-gemana, siapa tahu dia cuma mau ikut ngemil Lays rumput laut bareng kita-kita.

Tiba-tiba, pintu diketok. “dog dog dog“. Anjir. Apaan nihh.

Lagi-lagi, itu si mas-mas resort yang baru inget untuk ngasih colokan yang udah kita pinjem sedari sore. Duile, kirain Taufik Savalas, ngetok-ngetok pengen ajakin kuis Tok Tok Wow. Eh, malah lebih serem gak sih kalo beneran begituuuh?! Klaar ngecas-ngecas segala HP, pipis-pipis sampe 4x, saya dan Vina surhat-surhat.

Perasaan udah lama banget gak cerita-cerita sebelum bobok gini sama dia. Terakhir curhat-curhat pas Vina dulu sempet inap di rumah saya pas bulan puasa bertahun-tahun yang lalu. Mata lelah tapi mulut tetep ngobroooool. Angin semilir yang tak dapat membaca makin bikin syahdu dan semangat untuk kentut yang tak bisa dibendung. Jadilah kami combo curhat, kentut, dan akhirnya ketiduran, diiringi suara ombak yang berkali-kali menerjang tebing..

****

Morning!
Morning!

Rise and shine from Malukuuuu! Karena udah janjian di Dermaga dengan sang tukang perahu dari Desa Saka jam 7, maka kita udah cuss ke resto jam 6.45, yang mana gak disambut dengan breakfast yang katanya bisa disiapin lebih cepet untuk kita. Duh, resortnya menang mahal sama menang pemandangan doangan. Pelayanannya mah bapuk. Sadar saya memasang bibir manyun, mbak-mbak resort berkata “Jangan marah ya mbak, saya gak dikasih tau untuk siapin sarapan lebih cepet“. Yang ada saya tambah keki.

Finally sarapan siap pukul 7:10, yang mana menunya standar motel-motel kelas melati. Roti tawar dan beberapa selai, serta nasi goreng pake telor. Lumayan lah daripada cuma makan angin. Dari kejauhan, tampak sebuah perahu menuju ke arah dermaga resort, ternyata orang sewa perahu dari Desa Saka muncul juga setelah kami H2C harap-harap cemas. Karena sudah ngaret 30 menit dari jadwal yang ditentukan, maka kami tak buang waktu lagi langsung mendaratkan pantat di perahu yang semi basah.

Breakfast di Ora Beach
Breakfast anyone?

Tujuan kami memang tidak neko-neko, hanya mata air belanda serta Tebing Batu. Tapi kata si Bapak, mata air belanda ombaknya lagi gede sehingga kita cuma bisa ke tebing batu. Perjalanan hanya sekitar 15 menit, dan pemandangannya kaaak, bener-benerrrr gak bisa diungkap dengan kata-kata! Pas sampe Tebing Baru, loh loh kok bening banget kayak mukanya Pasha Ungu.

Banyak ikan, tapi saya dan Vina gak siap untuk nyemplung sehingga gak bawa baju renang. Bodo amaaat, baju basah bisa dikeringin, beha nyeplak bisa cuek, tapi pengalaman ini gak bisa diulang. Let’s nyemplung! Detail bagaimana dan ngapain saja kami di Tebing Batu akan ditulis di postingan lain ya biar lebih holistik dan futuristik. Pukul 9:00 kami merapat lagi ke resort untuk mandi dan check out.

Baca Juga: Itinerary Ambon – Ora Beach 4D3N & Budgetnya

Sebagai perempuan ala-ala, kami berdua terhitung paket kilat untuk siap-siap. Dalam 20 menit, kami sudah mandi, beres-beres kamar, check out, dan bayar-bayar. Bayarnya pas dengan harga ketengan, yaitu Rp 750.000 untuk 1 kamar, dan Rp 500.000 untuk makan berdua.

Pukul 10:20 kami touchdown Saka, dan bertolak menuju pelabuhan Amahai. Supaya lebih detail dan lebih membantu teman-teman semua, transportasi ke Ora, itinerary lengkap, serta foto-foto underwater di Tebing Batu akan dishare di postingan lain. Berikut merupakan rate Ora Beach yang bisa jadi pertimbangan.

Paket Ora Beach 1
Paket Ora Beach 1
Paket Ora Beach 2
Paket Ora Beach 2

Setelah baca ini, bagaimana kesimpulannya. Apakah pantas Ora Beach Resort ini dihargai mahal dan dijuluki lukisan terindah dari Maluku Tengah? :) Happy Traveling!

Ora Beach

Ora Beach Resort
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku
[email protected]
08111909404 (Alvin Latuconsina)

Notes:

  • Jaringan yang jaya hanyalah Telkomsel, tapi itupun kadang PHP. Jadi kalo sampe ada yang share foto Instagram #OraBeach, kemungkinan besar dia itu #latepost.
  • Kamar gampang disemutin, jangan buka makanan atau tinggalkan hal-hal yang dapat menarik mereka, mending menarik pemuda setempat
  • Kamar mandi gak pake aer anget, be prepared untuk bergidik abis cibang cibung. Hati-hati juga melangkah di kamar mandi karena dia memakai lantai biasa yang sekali kena aer, langsung klaar. Lalet aja kepleset.
  • Jangan meremehkan udara di Ora. Pagi dan siang bisa saja panas, tapi ketika malam, anginnya menggigit relung-relung badan saya yang tipis kering ala martabak pecenongan. Bawa jaket.
  • Vina pinjam pelampung saja, dan tidak dicharge di Ora. Kalau pinjam alat-alat snorkeling dicharge sekitar Rp 100.000
  • Listrik hanya dinyalakan dari pukul 18:00 – 06:00 keesokan harinya
  • Untuk menginap di Ora bisa paket, bisa ngeteng, saya saranin ngeteng.
  • Menu makanan Ora biasa banget cenderung gak enak, kecuali snacknya. Jadi saya sarankan untuk membawa makanan yang sesuai appetite kamu macem abon gitu.

Saran untuk Ora Beach Resort:

  1. Makanan dibuat lebih enak lagi. Karena itu pantai, lebih oke kalau menunya seafood semacam cumi bakar atau udah goreng.
  2. Mas-mbak resort diberi pelatihan lagi bagaimana servis yang baik dan benar dan lebih oke jika diberi ginko biloba biar gak lupaan.
  3. Sebaiknya resort ini punya saluran komunikasi lain untuk dihubungi selain Pak Alvin, agar update ke calon pengunjung bisa lebih cepet
  4. Sampahnya lebih diatur dan diolah dengan benar, karena masih terlihat serakan sampah di beberapa titik
  5. Jika penginapan darat sedang tidak bisa dipakai, lebih baik diinfokan ke orang yang mau ke sana

22 thoughts on “Ora Beach: Lukisan Terindah Maluku Tengah”

  1. Uuuuh, ora memang bener bener ketjeh! harga segitu wajar sih~ *nabung dulu deh buat melipir ke Ora beach :D*

  2. pemandangan masya allah itu ya… pas sinar matahari jatoh di bukit-bukit ijo tua yang tinggi-tinggi… bawahnya air turquoise…


    ..
    .

      1. Saya baru minggu lalu kesana, signal gak ada masalah…
        Lancar jayaaa….
        Makanan enak bangett ( sesuai selera org timur )
        Sederhana tp mantul masakannyaa..
        Pelayanan baguss dan sangat sopan…

  3. Sayang ya transportasi di Indonesia timur masih menjadi barang mewah. Padahal harga resortnya sendiri gak terlalu mahal.

    1. Ya, aku jatohnya mahal di transport. Apalagi kalo cuma berdua gini. Tapi wajar sih karena harga bensin di sana gak default. Kadang lebih mahal jauh dari harga bahan bakar di Jakarta.

    1. Insha Allah sudah aman kak. Nanya beberapa orang lokal mereka juga su lelah untuk baku hantam antar sodara :)

  4. iya ya sayang bgt transportny mahal. pantes aja bnyak yg bilang kalo traveling ke indonesia timur biayanya setara dengan keliling eropa sampe puyeng *lebayy* hihi
    wokrehhh.. kita bikin dompet cantik doloo, baru dehh cusss ke ora :D ;)

  5. EnjoyBackpacker

    mendung aja masih keren, apalagi cuacanya terang benderang. fix harus kesana.

    EnjoyBackpacker.blogspot.com

  6. Hi Kak!, boleh di jelasin gak, kl mau ngeteng gimana? dr tadi cari harga paket mulu sih soalnya.
    thank you!

  7. Indra Kurniadi

    Keren banget pemandangannya mba! Akan lebih keren kalo servicenya juga oke ya hehe. makasih utk tulisannya, jadi punya bayangan buat pergi kesana mudah2an di tahun ini. Salam kenal mba titi :)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top