Me Time di Java Jazz Festival 2017

Java Jazz 2017

Saya dan musik Jazz seperti sahabat lama. Jarang bertemu, tapi sekalinya bertemu, perasaan nyaman itu selalu ada. Kayak sama pacar yang udah pacaran lama, tapi gak dikawin-kawin juga, tapi kamu males putusin karena udah  nyaman. Beberapa waktu lalu, kebetulan supir Uber saya memutar radio favorit saya, Brava Radio. Kemudian dia menyetel lagu-lagunya sendiri yang ada di flashdisk. Lee Ritenour. Al Jarreau. Michael Franks. Semua melayang di udara.

Hari yang hujan dan keadaan yang macet akhirnya mencolek saya untuk membuka percakapan dengan si bapak. “Suka lagu jazz pak?” Dan dia dengan antusias menjawab. “Waaah suka sekali mbak. Saya juga main musik, beberapa kali ngejam di kafe-kafe.” Dan perjalanan nan macet itu kami isi dengan obrolan seputar musik jazz. Dari yang ia “menuduh” saya old soul, hingga ia mengeluarkan statement kalau setiap hujan dia pasti ingat lagunya Karimata dan Phil Perry berjudul “Rainy Days and You“.

Phil Perry.. Ah beruntungnya saya pernah menonton beliau secara live di acara Java Jazz tahun 2012. Java Jazz Festival adalah festival musik jazz terbesar di Indonesia, bahkan di Asia. Sebanyak ratusan penampil akan perform selama 3 hari setiap awal bulan Maret.

Baca juga: Java Jazz Festival 2012: Day 2

Saya tidak akan lupa rasanya saat menginjakkan kaki di JCC untuk menonton Java Jazz Festival pertama kalinya. Saya sampe merinding nonton Earth Wind and Fire yang merupakan penampil spesial kala itu. Dilanjutkan beberapa Java Jazz kemudian dimana saya sempat menonton Lisa Ono, Jamie Cullum, Fourplay, Level 42, Sheila Majid, dan masih banyak lagi, secara langsung.

Dan minggu lalu, saya berkunjung kembali ke perhelatan yang telah dilakukan sejak tahun 2005 tersebut. Pertamanya agak ragu mau beli tiket atau nggak, tapi seorang teman japri kalau ia memiliki tiket Java Jazz untuk hari Sabtu. Sehingga berangkatlah saya untuk me time yang sungguh hakiki itu!

Sabtu sore yang cerah, saya awali dengan foto-foto di booth XL. Foto-foto membuahkan hasil 1 tumbler. Haha, lumayan buat koleksi. Karena teman saya harus kerja di salah satu booth, maka saya pun dengan riang gembira melangkahkan kaki ke ruangan demi ruangan. Penampilan siapa saja yang saya sambangi? Here’s the list

  • Paulinho Garcia. Saya awam dengan namanya, tapi tipikal lagu-lagu yang dibawakan ala-ala Carlos Jobim. Dan benar saja, di salah satu sesi ia membawakan 1 lagu Jobim. Saya suka dengan musisi ini, cukup interaktif dan menceritakan sejarah/latar belakang si lagu yang ia bawakan.
  • Chick Corea. You must be know him for his well known song: Spain. “I can remember the rain in December. The leaves are brown on the ground“. As for me, I love the Al Jarreau’s version.
  • Tohpati Bertiga. Ah, kata siapa Jazz itu membosankan. Kamu akan semangat 45 kalau menonton penampilan mereka. Tohpati, Indro, dan Bowie. Kebetulan Bowie yang juga drummer Gugun Blues Shelter ini sahabat saya dari kecil, jadi mandatory aja untuk nonton dia dari depan dan foto-fotoin ini anak. :))

A post shared by Titiw (@titiwakmar) on

  • Mezzoforte. Aaaaa, saya gak ngeh ada mereka di acara ini. Menyenangkan sekali menonton mereka. Apalagi ada lagu Garden Party yang hits ituuu. Happy. Happy. Happiest!
  • Mocca. Band yang dulu saya suka sekali putar berulangkali kasetnya ini menampilkan belasan lagu. Katanya. Kenapa katanya? Karena layaknya polisi India, saya telat untuk menonton penampilan Arina dan kawan-kawan ini. Saya cari-cari stagenya, tapi gak ngeh di mana. Ternyata ada di balik food court. Huhu, sedih. Pas nyampe lagu Me & My Boyfriend baru saja selesai.  Untunglah sempat lihat 1 lagu terakhir, yaitu My Way dari Frank Sinatra. Very, very nostalgic.
  • Eva Celia. Akhirnya bisa juga nonton dia live. Selama ini saya mengulang-ulang penampilannya di Youtube yang menyanyikan lagu-lagu orang. Dan untuk di festival ini, kami adalah orang-orang beruntung yang pertama kali preview lagu dia sendiri. Sealbum. Meskipun terkadang pronounciation dia tidak jelas, Eva jelas cukup menguasai panggung dan memang lahir untuk menjadi seorang bintang. Kharismanya menguar, suaranya khas, dan sentuhan tangan sang Ayah memang ajaib, sehingga sahih sudah Eva Celia menjadi salah satu musisi idola saya.

A post shared by Titiw (@titiwakmar) on

Ada satu musisi lagi yang harus saya highlight sendiri, yaitu Armand Maulana. Ketika mengecharge HP di dalam gedung, sayup-sayup saya mendengar lagu Terbang dari band Gigi di kejauhan. Tanpa ekspektasi apa-apa, saya meringsek maju ke depan panggung meski dicibir oleh penonton lain yang harus sedikit menggeser badan agar saya dapat maju.

Ternyata apa yang saya dapat? Lagu-lagu asik, musisi yang interaktif, dan penampilan yang super menghibur. I didn’t set the bar for watching his performance. But the result was mindblowing! Armand tampak tidak menua (pakai krim malam apa nih kalo leh tau), kocak, tetap enerjik dan tidak ngos-ngosan, pokoknya memuaskan dan entertaining! “Bulan ini Gigi ulang tahun yang ke-23 loh“. Ah, dari dulu saya selalu menganggap band ini sungguh skillful. Tidak hanya sebagai 1 kesatuan, namun juga per individunya. Idealisme masing-masing anggotanya tidak memecah belah band tersebut.

Surprisingly, lagu-lagu baru yang ia bawakan cukup menyenangkan. Bahkan ia membagi-bagi kertas lirik singlenya yang bertajuk Sebelah Mata agar penonton dapat dengan mudah ikut bernyanyi bersama. Apalagi lagu-lagu lawas. Klaar dibabat pita suara saya. Di penghujung acara, beliau membawakan lagu 11 Januari yang mengingatkan saya akan ulang tahun Sherpa. Dan lagu Cinta dari almarhum Chrisye sukses membawa kami ke masa-masa dimana uang tiket masuk Java Jazz Festival itu dapat menjadi uang jajan saya selama 2 bulan.

A post shared by Titiw (@titiwakmar) on

“Kok gak nonton NeYo sama Incognito, Tiw?” Males. Haha, NeYo gak napsu, Incognito bosen. Ada beberapa kekurangan dan  kelebihan dari Java Jazz tahun 2017 ini. Plusnya ialah WC gak mengular seperti dulu, orang jalan lebih nyaman. Tapi apakah karena event ini lebih sepi dari tahun-tahun sebelumnya? Saya juga suka karena tidak ada special show sehingga tidak harus merogoh kocek lagi untuk tambahan tiket. Banyak tempat ngecharge kayak di booth XL dan gratisan gimmick serta cemilan seperti di booth Belvita dan BNI.

Tapi ada juga sisi negatifnya seperti, musisi-musisinya gak seoke dulu. Lebih mendingan yang lokal daripada internasional. Kurang banyak woro-woro dan kuis di media juga salah satu kekurangannya deh. Sekadar share, mungkin Java Jazz selanjutnya dimulai sejak awal. Misalnya jam 13 sudah mulai alih-alih jam 15 seperti kemarin. Maklum udah tua, harus buru-buru pulang dan badan mudah letih. Nyahahaha.

Untuk Java Jazz selanjutnya kalo bisa undang Phil Collins dan Michael Franks dong. Ya Allah, Michael Franks please. Saya rela keluar duit demi kangmas yang satu ini. Ingat, seperti kata Serieus, daripada musik metal lebih baik musik jazz. Akhirul kata, terima kasih sudah bersedia membaca tulisan saya yang panjang lebar kali tinggi. Saya tahu gak ada faedahnya sih tulisan ini, tapi seenggaknya bisa nemenin untuk nunggu ojek online yang dari tadi belum dateng-dateng, kaaan?

PS: Terima kasih banyak kakak-kakak dari XL yang memberikan saya tiket ini sehingga saya punya konten tambahan dalam kategori Entertainment di blog ini. Xl memang Xlalu di hati. :)

5 thoughts on “Me Time di Java Jazz Festival 2017”

  1. Gua nggak begitu bisa nikmatin jazz, kecuali yang tua-tua banget (itu pun gak banyak hapal judulnya dan penyanyinya, cuma senang aja dengarnya, macem Ella Fitzgerald & Louis Armstrong). Tapi gua setuju Armand Maulana emang performer yang keren. Penguasaannya panggungnya superb! Asyik buat ditonton secara live.
    Btw itu Eva Celia kok ya paket lengkap amat ya?!

    1. Bangeeeet Love love love Armand Maulana. Hahahahaha, Eva Celia mah gak tau lagi deh. Udah anaknya juga ramah. :’))

  2. aih TOHPATI! setelah terakhir nonton di javarockinland akhirnya usang mendengar namanya kembali.Selalu bisa menghipnotis siapapun dengan petikan gitar serta lagunya heheh

    1. Betul! Di java rockinland beraarti liat tohpati bertiga ya bukan tohpati aja? Mau solo mau bertiga tetep kereeen

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top