Sibling Rivalry: Ujian Lain Bagi Seorang Ibu & Kiat Menghadapinya

Sibling Rivalry titiw (3)

Ujian menjadi seorang Ibu memiliki beberapa lapisan. Ketika baru mempunyai 1 anak, ujiannya adalah diri kita sendiri. Apakah kita sudah siap menyusui dengan baik, telaten untuk nyetok ASI, ataupun tangkas untuk memandikan si anak dan sigap untuk tidak memperdulikan kalimat-kalimat sumbang tentang cara merawat anak. *udah udah jangan kebanyakan curhaaaat*

Ketika anak ke-dua lahir, si Ibu sudah khatam dengan hal-hal yang saya deskripsikan di atas. Namun lapisan ujian baru mulai terbuka. Namanya: Sibling Rivalry alias pertengkaran adik kakak karena berbagai sebab. JREEENG!

Kecemburuan sang kakak ketika si adik lahir, membuat sang Ibu kewalahan, kalau tidak mau dibilang stres. Dilema bertubi-tubi. Jika anak pertama dikelon, anak ke-dua ngamuk mau nyusu. Ketika anak ke-dua disusui, si sulung tantrum ingin digendong.

Baca Juga: Mama Tidak Sendiri. Ada yang Namanya Support System Lho!

Bahkan tidak jarang si kakak mengeluarkan kalimat-kalimat yang jelas-jelas menandakan ketidaksukaannya atas kehadiran si adik. Alih-alih menyayang, kadang botol melayang. Tepat di kepala adiknya. Ini terjadi pada anak-anak saya, sampe-sampe kayaknya kepala peyang si adek adalah karena hasil lemparan botol cologne dari si kakak.

Sabar dan satset adalah kata kunci. Sabar untuk tidak meneriaki si kakak, dan satset untuk menyelamatkan si adik jika akan terjadi kekerasan dalam kakak beradik. Pesan saya untuk siapapun di luar sana yang melihat seorang Ibu yang punya 2 anak, jangan sekali-kali membuat si kakak cemburu dengan kalimat-kalimat “Yahh udah ada adek, kakak gak disayang lagi deh.”

JANGAN.

Mungkin kamu cuma basa-basi, tapi hal itu dapat membekas di hati dan pikirannya, sehingga ia dapat menjadi lebih benci kepada si adik. Dukung dia untuk sayang pada si adik. Berikan kalimat-kalimat positif sehingga si Ibu batal ngeplak lambe kamu yang seenak udel.

Kalimat seperti apa? Misalnya saja “Wahh, kakak udah hebat pake baju sendiri. Nanti ajarin adeknya juga yaa.” “Kereen, kakak makannya habis. Ayo adeknya juga makan habis biar kuat kayak kakak.” Dll dsb dsk dst kthxbai.

Ketika hamil bulan ke-5

HHHHHHHHH jadi curhat nih pemirssaaa. Nahhhhhh.. trusnyaaa.. beberapa hari terakhir ini saya sedang diuji betul oleh si sulung. Sudahlah saya sedang sakit, dia juga radang dan dirujuk dokter untuk melakukan bedah ringan karena pergelangan tangannya ada ganglion.

Belum lagi kasus sulit gemuknya si bungsu yang jadi concern dokter. Semua bersatu padu membuat saya stress. Dibilang jangan menyakiti adiknya, robot ultraman malah mendarat mulus ke jidat Kala. Diminta untuk makan, malah makannya dilepeh di lantai hingga semut sorak sorai.

Itu belum dihitung dengan tantrum kelas bulu hingga kelas bantamnya. Hanya perkara menutup pintu taksi saja (dia yang mau tutup tapi saya terlanjur tutup duluan), teriakannya bisa terdengar 1 kelurahan!

Ambang kesabaran saya bergetar ketika dia memukul kepala saya hingga kuping berdenging. Saya kunci dia di kamar kerja dengan harapan dia akan nangis dan meminta maaf. Namun ternyata ego anak ini setinggi langit ke-7. Ketika diintip, dia cuma menampakkan muka kesal, tanpa menangis.

Papoynya juga mengeluarkan suara tinggi agar ia mengucapkan kata maaf ke Mamoynya. Seperti bisa diduga. Ia diam dengan sesekali berdesis “Ayn gak sayang Mamoy sama Papoy!” Saya dan Ayahnya menyerah.

Sampai ketika saya mau tidur, ia tiba-tiba memeluk kaki saya sambil bilang “Moy, kita baikan dulu yuk“, seraya mengulurkan kelingkingnya. Saya trenyuh dan memeluknya. Dia lalu menambahkan “Ayn sayang Mamoy“. Runtuh sudah semua ego saya sebagai orangtua yang tegar.

Maafin Mamoy Papoy ya nak, yang masih suka nggak sabar sama kamu. Yang masih suka menyalahkan teriakan riang kamu sehingga adik terbangun. Yang masih terus menerus meminta stok sabar kamu demi keegoisan kami. Mamoy Papoy sayang Ayn dunia akhirat. :’)

Untuk para Ibu, yuk peluk dulu si kakak. Biar bagaimanapun, dia yang pertama kali mengajarkan kita untuk menjadi seorang Ibu, kan?

Ayo Poy, kita bisa! :’))

Oh ya, sekadar share, ini tips menghadapi sibling rivalry yang saya kutip dari website Ikatan Dokter Anak Indonesia:

  • Jangan membanding-bandingkan anak dengan kakak, adik, atau temannya.
  • Jangan membela salah satu anak secara khusus. Memiliki kedekatan tertentu dengan salah satu anak merupakan hal yang wajar, namun jangan tunjukkan hal ini secara terang-terangan karena dapat memicu kecemburuan dan kebencian pada anak lainnya.
  • Jangan memberikan privasi berlebihan kepada anak, seperti memberikan televisi pada masing-masing kamar anak. Hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk belajar memecahkan masalah dan bernegosiasi.
  • Jangan memaksakan anak untuk memiliki teman-teman yang sama. Dorong anak untuk memiliki hubungan pertemanan sendiri.
  • Jangan memaksa anak untuk meminta maaf jika ia tidak merasa bersalah. Hal ini hanya mendorong anak untuk berbohong. Orangtua sebaiknya memberikan waktu agar kemarahan anak dapat mereda dan mendorong anak untuk mencari solusi dari masalah asal.

Semoga sibling rivalry ini -meskipun akan selalu ada- tapi dapat kita hadapi dengan mantap ya buibuuuk. Yang punya cerita sibling rivalry juga, share dong di komen biar ibu-ibu bisa makin jago ngadepin para bocah. Have a great day with the kids!

6 thoughts on “Sibling Rivalry: Ujian Lain Bagi Seorang Ibu & Kiat Menghadapinya”

  1. aduh beneran bun sama persih yang saya alami sekarang, kadang terasa darah di otak semakin panas dan stress dari sang sulung yang mendadak manja minta ampun ,sang adik yang tak mau jauh dari ibunya dan satu lagi energi yang terkuras dan istirahat yang sangat minim….
    Tapi bun saya selalu mencoba tabah mungkin inilah contoh ibu kita dulu yang mengurus kita dengan sabarnya, dan mengapa kita tidak bisa mencontoh ibu kita yang baik….

  2. Sibling rivalry. hahahaha.
    Klo adiknya udah bisa bales pasti lebih seru lagi mba. Kaya kasusnya anak-anakku.
    Tapi waktu Sophia masih 2 bulan, pernah tuh jidatnya benjol gegara kelempar hp sama kknya yg waktu itu belum ada 2 tahun.
    Karena jarak mereka deket, mereka jadi akrab. Tapi ya gitu…sering berantem juga. Alhamdulillah mereka sudah paham sih..siapa yang salah minta maaf duluan. Tapi ujiannya adalah…ketika salah satu nangis karena misal kena pukul pas maen berantem2an (ya..ya..ya…walaupun mereka ber2 perempuan tetep mainannya berantem2an), trus yang salah dengan sadar menyodorkan tangan untuk minta maaf, tp trus ga dimaafin eh jadinya ikutan nangis deh. Tinggal ayah bundanya yang sibuk nenangin mereka ber2. :D
    Salut ya sama orang tua yang bener2 bisa menahan emosinya menghadapi anak-anak. hihihi.

  3. Mudahan rivalitas tersebut bisa berbuah positif, terutama ketika keduanya sudah beranjak dewasa. Misal, sang adek “gak mau kalah” lihat si abang ranking 1 di kelasnya, sehingga sang adek jadi makin giat belajar, dan semacamnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top