It’s All About Perception

Jika ada seseorang mengintimidasi kamu. Ada dua pilihan yang jelas terlihat. Membiarkannya atau melawannya. Mungkin saja di diri tiap intimidator terdapat seorang pengecut. Di film-film jika sang peran utama yang diintimidasi kemudian dia melawannya, biasanya menang dengan dramatis.

That’s Hollywood, but how’s that gonna work in a real life? Sebelum kamu memutuskan untuk melawan, mungkin ada baiknya kamu memikirkan 2 pertanyaan ini.

  1. Apa kamu cukup kuat baik secara fisik maupun mental untuk melawan sang intimidator? Coba dipikir-pikir lagi. Kalau badan kamu lebih kecil, urungkan niat kamu deh. Secara fisik kamu sudah kalah, apalagi secara mental. Walaupun kedua kemampuan itu bisa dilatih, akan butuh waktu lama untuk mengasahnya.
  2. Apa dengan melawan sang intimidator, segalanya akan lebih baik daripada intimidasi itu sendiri?

Jika kamu bisa menjawab kedua pertanyaan itu dengan jawaban YA, berarti nggak ada alasan buat kamu untuk tidak melawan balik sang intimidator. Yang jelas Kwai Ceng Caine

Along Came Polly divx

di film Kungfu sebisa mungkin nggak akan melawan balik. Tapi selama urusan kamu bisa beres, fight back man… go for it!

Tapii, bagaimana jika kamu tidak cukup kuat? Badan kamu kecil, ditoyor dikit pasti jatuh. Dan dia punya kartu As… he’s your boss. Jelas lah, kali ini melawan sang intimidator nggak akan ada gunanya. Selain badan kamu bonyok dan bisa-bisa kamu berakhir di RS, kamu juga bisa kehilangan pekerjaan kamu. Ah, ain’t that a bitch? Jadi, gimana doong?

Untuk menghancurkan image kamu, sang intimidator harus terlebih dahulu somehow “meminta izin” dari kamu. Kita lihat bagaimana ini bekerja. Saya ingin meyakinkan anda bahwa anda itu bodoh, goblok, tolol. Saya melakukannya dengan mengeluarkan pernyataan negatif tentang kapasitas mental kamu, berteriak-teriak di depan kamu, atau menggunakan kata-kata sarkas. Nah sampai disini, saya sebagai intimidator sudah melakukan tugas saya dengan baik. Tapiii, kamu menyadari 1 hal. Seluruh efektifitas dari intimidasi saya bergantung pada kredibilitas yang kamu berikan. Supaya kamu merasa bodoh, kamu harus mem-validasi (membenarkan) opini saya. Jika kamu berbuat sebaliknya, harga diri dan self image kamu pasti tidak akan terserang. Dan mulai dari situ, saya hanyalah gangguan kecil bagi kamu.

Jadi, satu-satunya cara melawan intimidasi dengan cara efisien adalah dengan merubah sedikit persepsi kamu, cara pandang kamu, wawasan kamu. Geser sedikit dan kamu akan baik-baik saja.

Kamu harus secara sadar menolak label-label negatif yang diberikan. It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind, It’s all in your mind.

THAT’S RIGHT… nothing can bother you…. because you control your own mind…. you are the driver and you are the passenger.

7 thoughts on “It’s All About Perception”

  1. you control your own mind… you control your own mind… you control your own mind… you … ah capek..

    btw, ini masih berkaitan dengan ini ya?

    Titiw sering diintimidasi?

  2. Ko daku kagak mudeng ini tulisan maksud tulisan ini ya (maav mbak kesalahan pasti bukan pada tulisan atau yang menulis tapi pada kemampuan si pembaca)..

    “Coba dipikir-pikir lagi. Kalau badan kamu lebih kecil, urungkan niat kamu deh. Secara fisik kamu sudah kalah, apalagi secara mental. ”

    Kalau yang ini kurang sependapat (boleh kan beda pendapat mbak)..kalau mikir itu bangsa kita tidak bakalan merdeka, lah wong ditinjau dari segi manapun kita kalah sama penjajah (senjata kalah, fisik apalagi)..

    Ach penasaran coba talik pahami lagi tulisan ini.

  3. sebetulnya ini gw yang nulis kok.. kepencet aja jadi titiw tulisannya. Naah coba ditengok lagi mas T, kita merdeka juga karena faktor luar kalo nggak mau dibilang hoki kok. Coba kalo nggak ada bom atom di Jepang, ngga ada masa vakum dan kita nggak bisa proklamirkan kemerdekaan kita. Kemrdekaan sebenarnya adalah dengan perundingan2 setelahnya. Perundingan2 yang notabene adalah pertarungan melawan intimidasi. Disini sebetulnya letak kekuatan Indonesia. Bukan pertarungan fisik. Jelas kita kalah kalo diterusin…
    See India? Mahatma Gandhi mengatasi Intimidasi Inggris dengan cemerlang. Dia berhasil melakukan perlawanan dengan tidak melawan sama sekali. Cuma menggeser paradigmanya.
    Yaa kalo badan kecil, saya sih sama sekali nggak menyarankan melawan orang yang lebih besar. That’s just plain dumb, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi intimidasi.

  4. Intimidasi tidak harus selalu selesai dengan dilawan secara fisik… ada banyak cara elegan untuk menghadapinya

  5. Heh heh heh!! pada ngemeng apa kalian ini heh? Terintimidasi? mangkanya ayo kita berolahraga agar lebih segar dan bugar!! (OOT di blog sendiri, najis..)

  6. Denger Kwai Ceng Caine disebut… Jadi teringat masa lalu… Ni Orang paporit gw bgt…. Coooolllll….
    Kalo cuma betmen ame supermen doang mah udah pasti lewat ama ni orang…. huehehehhe…

    Ups… Kembali ke topik tulisan… kalo menurut sy sih, cuma orang2 dengan mental terjajah saja yang masih mau diintimidasi… apapun bentuknya…!!! maaf kalo agak sarkas… tapi memang kenyataanya kita sebagai manusia, adalah sosok pribadi yang bebas berfikir dan berekspresi… namun sebagai mahkluk sosial ada konsekuensi logis untuk menerapkan batas2 kebebasan yang kita miliki tersebut… Jadi untuk menghindari intimidasi dari pihak lain… ya kita sendiri yang harus sadar untuk tidak pernah merasa diintimidasi, walaupun sebenarnya mungkin pihak-pihak lain secara nyata memang berniat mengintimidasi… Intinya adalah kesadaran diri secara penuh… So sy stuju banget dengan tulisan ini… “You have full control of your own”…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top