Salah satu indera tubuh yang sangat penting dalam hidup kita adalah mata. Untuk melihat, untuk menatap, untuk mengintip, untuk melirik, untuk memotret, untuk merekam, yang kesemuanya bermuara kepada 1 hal: visualisasi. Apa yang kita lihat menjadi sesuatu yang kita rasakan. Seperti misalnya, kita menonton film. Dengan sinematografi yang indah, skenario ciamik, dan akting para aktor yang memukau, membuat kita takjub dan tak jarang meneteskan air mata.
Saking ketergantungan dengan mata ini, kita bela-belain deh begadang nonton film. Berjam-jam binge watching TV series yang kita suka. Kalo mata saya bisa bicara, kayaknya dia udah teriak. Saya pake dia udah gak ada istirahatnya. Padahal kalo mata iritasi dan sakit, yang rugi juga siapa? Kita sendiri dong, kakaaaak.
Dan orang yang matanya iritasi itu nggak cuma dari nonton sesuatu. Tapi juga:
- Pengendara motor
- Pembaca buku
- Pemakai gadget
- Orang yang terlalu lama di ruang ber-AC
- Bahkan orang yang sedang memasak!
Beberapa waktu lalu saya datang ke acara yang dihelat oleh INSTO. Iya, INSTO si tetes mata yang kita pake dari kecil itu. Di event tersebut, saya baru tahu bahwa setelah berolahraga pun mata bisa memerah karena masuk keringat, masuk air dari kolam renang, dan sebagainya.
Agar banyak orang yang aware dengan hal ini, INSTO mengadakan sebuah program bertajuk “Buka Mata Buka Cerita” bersama Nia Dinata. Program apa sih? Program pembuatan film mini dokumenter pertama di Indonesia yang menggunakan Snapchat Spectacles sebagai alat untuk membuat filmnya. Namanya keren ya, Snapchat Spectacles. Bentuknya kacamata sunglasses, dengan fungsi yang dapat merekam visual yang kita lihat. GOKIL, CANGGIH!
Tinggal dipake, dan tombol di kacamata akan merekam apa yang kita lihat. Sempet melihat simulasinya oleh mbak Tika, yang mana apa yang mbak Tika lihat, itu yang terekam oleh Snapchat Spectacles. Kalau mau zoom, harus deketin objek, mau dari bawah, ya kita harus nunduk, hahahaha, pokoknya seru!
Nah, di program Buka Mata Buka Cerita, ada total 9 anak muda pilihan yang menggunakannya untuk membuat mini dokumenter. Mereka adalah anak-anak muda dari seluruh Nusantara, yang terpilih dari hampir 1.000 orang pendaftar! Total yang dipilih untuk filter pertama adalah 20 orang semi finalis. Dari situ, mereka diberikan workshop dan terpilih lagi sebanyak 9 orang. Sembilan orang ini dinamakan co-director.
Mengapa mereka terpilih? Teh Nia Dinata sebagai mentor mereka selama beberapa hari mengatakan “Banyak anak muda yang kreatif, tapi yang kami pilih adalah yang ceritanya dekat dengan keseharian mereka dan memang real. Sehingga mereka akan lebih mudah mengolahnya dan menciptakan sebuah nuansa kedekatan.”
Dari 9 orang ini, mereka pulang ke daerah masing-masing yaitu Bandung, Tangerang, Jakarta, Bekasi, Subang, Yogya, Pontianak, untuk membuat film dokumenter mereka sendiri. Kesemuanya itu dijadikan 1 film dokumenter ciamik yang sangat menyentuh. Ketika melihat yang pak dan ibu tani itu, saya mau nangis. :’)
Saat film mini dokumenter itu dilaunch di XXI Lounge, hadir juga aktor muda berbakat Dion Wiyoko. Ia mengemukakan bahwa dengan adanya program ini, sangat membantu anak muda untuk terjun di bidang film. Ia mengapresiasi INSTO yang berani membuka pintu untuk para sineas muda tersebut.
Di event ini juga, terpilih 3 orang pemenang dari 9 finalis, yaitu:
- Pemenang 1: Ghafara Difa Harashta dari Bandung dengan filmnya Yang Berdiri Sejak Lama. Film pendek ini menceritakan tentang keberadaan telepon umum yang masih ada di berbagai sudut kota Bandung, namun sudah dilupakan oleh orang-orang.
- Pemenang 2: Yudhisira Tegar Hermawan dari Tangerang dengan filmnya Di Bawah Fly Over. Yudhis bercerita bahwa karena adanya fly over, ia tidak pernah lagi lewat bawah. Namun sekalinya lewat bawah, ia takjub dengan taman baca yang ada di bawah jembatan dan banyak dikunjungi oleh anak-anak jalanan.
- Pemenang 3: Sri Sulistiyani dari Subang dengan judul film Pohaci. Ia bercerita mengenai pasangan petani di Subang yang selalu bersama-sama sejak muda.
Selamat untuk para pemenang! Semoga makin banyak pihak-pihak yang membuka jalan bagi anak muda untuk berkreasi seperti INSTO yang sudah sukses menyarakan pentingnya kesehatan mata dengan program ini. Untuk lebih lengkapnya lagi tentang “Buka Mata Buka Cerita”, ataupun mau nonton satu persatu film dari 9 co-director, bisa buka www.insto.co.id. yaa!
10 thoughts on “Buka Mata Buka Cerita: Kolaborasi Nia Dinata Dengan 9 Anak Muda”
DION WIYOKO MILUVVV
*salfok*
Sabar bukkkkkk
Karya anak bangsa nih??keren ya😍
bingits bunnn
Aku suka bgt cerita-cerita yang dibawa sama 9 anak-anak muda ini. Ada aja idenya lavv
Iya, trus dibikin cuma dalama berapa menit itu loooh yang susaaah
udah berulang nonton youtube nya. duh padahal sudut ambilnya sederhana banget ya. tapi kok kena..
ibuk bapeerrr
Iyaaa, ada yang bikin hampir nangitsss :’)
Keren banget merekaaaa
Iya pake bangettts!