PERSONAL BRANDING = CUAN. Bener nggak sih? Tidak semudah itu, Ferguso. Personal branding akan diikuti pundi-pundi uang jika kita sudah paham, sudah kuat, dan sudah dikenal.
Sebelum melangkah lebih jauh, apa sih Personal Branding itu? Coba kalian buka IG Feed saya di @travelmom.id. Scroll-scroll ke bawah.. Ke bawah lagi dikit.. Ke bawah lagi dikit.. Kepikirannya apa? Working mom yang hobi berkebun dan traveling, punya 2 anak, suka lucu-lucuan, dan suka juga berolahraga. 🌿🏖👨👩👦👦🚴♀️
NAH. Itu yang dikatakan #PersonalBranding. Personal Branding adalah image yang ingin kita tampilkan, diakui banyak orang, dan diamplifikasikan melalui social media, blog, dan perilaku seharihari. Bentuknya? Bisa status, video, ataupun gambar.
Lalu kenapa kita harus punya Personal Branding kalau mau “menghasilkan?” Agar diakui, dapat dibedakan, dan lebih mudah dikenal. Karena di era digital ini, banyak produk, brand, agency, yang mencari content creator yang brandingnya kuat dan inline dengan mereka.
Misalnya, brand yg sepertinya cocok di saya adalah produk kesehatan anak, produk berkebun, sports wear, dan semacamnya. Yang gak cocok, produk pelangsing, peninggi badan, ataupun kapsul penutup selaput dara. (MENURUT NGANA? ANAK W UDAH 2 WOY. UDAH GAK KETOLONG! 🤣)
Bagaimana mengembangkan Personal Branding?
- Mulai dari hobi
Hindari memulai sesuatu yang tidak kamu suka, hindari pula sesuatu yang kamu pikir orang lain akan suka. Tentukan apa yang kamu suka, apa yang kamu iklas mengerjakannya tanpa dibayar, maka personal branding akan makin kuat.
Suka olahraga? Beri tips-tips kesehatan dan video olahraga yang kreatif. Suka drama korea? Review dengan profesional dan selami lebih dalam. Semua ada pasarnya. Jika mulai dari hobi, maka ada atau tidak ada cuan, kita akan lebih hepi membuat konten. - Tell A Story
Hari gini, udah gak jaman posting sesuatu tanpa caption. Apalagi captionnya cuma “No caption needed“. Perhatikan deh, ketika kamu bercerita tentang foto atau video yang dipost, biasanya engagement lebih tinggi. Lebih banyak yang komen, lebih banyak yang memberikan like. Kenapa? Karena orang suka cerita. Orang baru akan engage ketika dia tau apa cerita di balik foto atau video tertentu.
Contoh: kamu foto anak hujan-hujanan. Tapi juga cerita bahwa kamu memberikan ijin si kecil untuk hujan-hujanan agar dia tahu bahwa hujan itu bukan sesuatu yang harus dijauhi. Hujan itu baik asalkan kita siap dengan segala kondisinya.
Misalnya saja setelah mandi hujan langsung mandi air hangat (di sini bisa masuk brand water heater), dan setelah mandi bisa dihangatkan oleh minyak telon (brand minyak telon bisa diselipkan di sini). See? Orang bukannya tidak suka postingan yang mengandung iklan. Tapi orang lebih suka postingan iklan yang berbobot. - Berkomunitas
Acapkali brand atau agency mencari influencer lewat komunitas. Dari situ baru minta referensi nama-nama influencer atau content creator yang cocok untuk brandnya. Sehingga dengan bergabung ke komunitas tertentu, peluang “cuan” akan lebih dekat dengan kita. - Batasi “Be Yourself”
Maksudnya apa sih? Bukannya be yourself bagus ya? Misalnya semua orang tau kamu galak atau julid. Tipe orang yang speak your mind. Tapi speak your mind yg seperti apa? Apakah kamu tipe yang “Halaaah. Beli kulkas ini baru 1 bulan udah rusak. Gak lagi2 beli kulkas brand xxx“. Padahal, brand ini kan ada CSnya. Apakah sudah ditanyakan? Apakah sudah diusahakan untuk diservis?
Karena brand itu akan appreciate masukan-masukan demgan cara yg baik. Misalnya aja: Kulkasmu rusak. Trus japri dan diperbaiki cepat. Kamu post “Beli kulkas xx, baru sebulan tiba-tiba rusak. Ternyata setelah tanya CSnya, listrikku kurang compatible dll dst. Makasih ya brand xxx, sudah punya servis yg baik. Diganti langsung unitnya tanpa lama dan gak pake ribet”.
Tapi kalo dikit-dikit komplen, dikit-dikit marah di social media, brand jadi takut. Nanti kalo diendorse dirimu, malah backfire atau jadi jelek gak ya namanya? Personal Branding = be yourself, tapi jangan ditampilin secara telanjang. Gitu loh. :) - Mudah diraih atau dihubungi
Brand atau agency biasanya mempunya tenggat waktu untuk mendapatkan content creator atau influencer. Jadi ketika kita dikontak, jangan kelamaan balasnya. Aku beberapa kali hilang opportunity karena lupa cek email (cek spam juga jangan lupa!). Makanya, usahakan selalu letakkan kontak di bio (bisa email saja kalau gak berani taro nomor telpon), buat halaman Contact Us yang jelas di blog, dan selalu cek DM dan email. - Be Positive
Seseorang menjadi dikenal bisa karena hal negatif atau positif. Tapi kita tau kalau hal-hal positif akan lebih longlasting dan disukai brand (khususnya brand terkenal), dibanding yang negatif. “Tapi aku sering tuh dapat tawaran dari brand meski aku orangnya suka ajak orang lain berantem dan drama”. Brand apa dulu sheyeng? Nike? Fendi? Lancome? Atau cuma olshop-olshop yang kurang terkenal? :)
Nah, karena sudah belasan tahun berkecimpung di agency & media, aku paham apa dan siapa yang disukai brand. Kalau aku dari pihak Brand, dan mau cari influencer Moms, aku akan suka Momfluencer seperti @tantrinamirah yg super kreatif, atau @byputy yang punya banyak skill dan sering melakukan hal2 positif. 🧕❤
Memangnya apa sih yang dicari brand dari seorang influencer?
- Image yang inline dengan brand
Produk pembersih rumah most likely akan kontak influencer home decor atau yg suka rapi-rapi rumah. Produk obat anak, akan hubungi mereka yg sudah Punya anak, hubungan dengan keluarga hangat, dll.
Tp gak saklek gitu juga. Kayak misalnya aku suka nanem-nanem & berusaha less waste. Beberapa brand yg salah 1 fiturnya eco friendly, pernah hubungi aku untuk ngobrolngobrol di IG Live. Kalian sukanya drakor? Gak papa. Tapibe professional. Review dengan ciamik, pake video menarik. Bisa jadi ada produk makanan dengan varian Bulgogi yg butuh direview. - Kreatif & orisinil
Itu tadi kenapa aku bilang personal branding Tantri Namirah dan Puty Puar ok untuk jadi Momfluencer. Mereka kreatif dan orisinil. Mau melakukan hal-hal yang beda dari orangorang. Misalnya bikin video-video yang super niat dan menarik, atau membuat kontent dari ilustrasi sendiri. - Mudah dihubungi
Ketika aku mencari influencer, biasanya ada beberapa alternatif. Dari alternatif itu, aku akan memilih mereka yang satset, mudah dihubungi, paham brief tanpa ribet, dan orangnya fleksibel. Karena kadang ada aturan-aturan brand juga kaaan. - Tidak drama, tidak blunder
Pernah nih aku pake 1 influencer untuk produk diapers (misalnya). Eh tiba-tiba satu waktu dia bilang di storynya kalo dia nggak pake diapers untuk anaknya. Ini backfire banget untuk brand dan menjelekkan nama brand. Kalo ada followers yang liat, akan mikir “Lah ini settingan dong?” - Do extra miles
Iya, bayaran kamu sekian untuk sekian post. Tapi ketika kamu misalnya kasih free 1 IG story misalnya, brand akan appreciate hal tersebut dan bisa jadi kamu dibookmark untuk campaign selanjutnya! - Report & invoice tepat waktu
Kadang influencer pas ditanya rate cepet, tapi pas diminta report, allahuuu lama bgt. Ini akan menyulitkan agency atau mediator antara kamu dan brand. Usahakan sudah punya template sehingga semuanya gak pake lama. - Mencapai KPI/target
Kadang di awal, brand atau agency tanya. Kira-kira reachnya berapa ya mbak nanti? Ketika kamu bilang bisa 10rb reach, do anything untuk dapat meraihnya. Karena ketika KPI tercapai, brand akan puas & lagi-lagi kamu jd influencer langganan mereka deh. Untuk bisa lihat-lihat insight seperti ini, Instagram kamu harus disetting Business ya jangan Personal.
“Tapi kak, banyak banget influencer jaman sekarang. Apalah aku tu.” Gak usah takut. Kang nasi goreng juga ada 2.300.450 orang di Indonesia. Laku-laku aja tuh. “Tapi kak aku introvert“. Apa hubungannya? Kamu jago bikin video? Bikin foto cakep? Ya udahhhh. “Tapi kak aku IGnya digembok, males banyak yang kepo ah“. Ya gapapa, tapi jangan cari duit di socmed kalo gitu. EHE. EHE.
Intinya, pastikan kalau dari awal kalian membuat konten untuk personal branding, niatnya untuk dokumentasi diri, untuk menyalurkan hobi, dan bersenang-senang. Karena kalau dari awal udah mikir untuk cari duit, bisa stres. Aku bikin blog pribadi tahun 2007. Tiba-tiba ada yang nanya ratecard tahun 2009. Dua tahun loh! Itu antara yang hepi sama kaget dan bingung rate card tuh apaaa? Hahahahahaa.
Jadi, untuk memperkuat personal branding ini, coba mulai dari hobi, explore, belajar trend & hal yg bisa memperbaiki kualitas konten kamu. Kolaborasi, gak males bikin konten, terus dan terus lakukan, dan buahnya akan manis! Inget, jadi content creator itu bukan lari sprint yang sekali jebret finish. Tapi lebih ke maraton yang dikit-dikit, dan butuh konsisten untuk mencapai hal-hal yang lebih besar dan jauh.
Bonus aku kasih contoh Proposal sederhana, Invoice, dan Rate Card. Semuanya pake Canva aja. Gak ribet, 10 menit jadi. Karena agency/brand lebih suka dikasih ginian daripada pas ditanya rate, dikasihnya teks panjang ampe pusying bacanya.
Aku juga sering share-share di Instagramku dan di Twitter. Nanti akan aku bagikan juga video Webinar ketika diskusi tentang Personal Branding ini di IGTV. Thank you sudah menyimak. Silakan dibagikan, disave, dibookmark, untuk yang membutuhkan. Happy weekend! Have a nice Sunday! 🤗💕
2 thoughts on “Manfaat Personal Branding Bagi Content Creator”
Terima kasih tips and trick nya, mom. Penting juga nih buat lawyer yang harus cari klien.
Yes kak, coba sering2 sharing di tuiter atau IG ttg satu topik, nah itu nanti dirimu jadi banyak yang tahu deh