Desember akhir. Bulannya Ibu. Hari Ibu.
Sudah 11 bulan saya belajar menjadi Ibu, dan sudah 11 bulan pula Rayn Sherpa belajar menjadi manusia. And you know whaaaat? Perjalanan menjadi Ibu tidak selalu seberbunga-bunga iklan-iklan di TV! Please, saya kibar bendera putih bagi para perempuan yang bisa mirroring ibu-ibu iklan toiletries bayi.
Ekspektasi: Bayi tertawa menggemaskan, terlihat chubby dan bersih, ibunya terlihat tersenyum cantik, rambut terurai indah, tanpa ada baret-baret di muka karena cakaran si anak. Suami merangkul mesra si Ibu, dan mereka bertiga pun tertawa sambil makan roti tawar yang hanya dioles mentega low fat.
Realita: Si Ibu baru bangun dengan daster kotor kena muntah, kantong mata ala SBY karena anak gak mau tidur-tidur sampe jam 3 pagi, dada perih karena digigitin bocah yang mau tumbuh gigi. Si anak kurus karena dua bulan berturut-turut batuk pilek, dibilang kurang gizi di forum Ibu-anak dan si Ibu dijudge macem-macem. Belum lagi rumah dan suami yang juga minta perhatian.
YAQINLAH SUMPAH ITU REALITA JADI IBU-IBU! :)) Di sisi lain, sbagai seorang pejalan atau bahasa kerennya traveler, saya selalu bangga dengan diri sendiri yang tidak ribet dan hanya perlu bawa sedikit tentengan meski pergi dalam waktu lama. Istilahnya: Light traveler. Namun semua itu berubah setelah negara api menyerang memiliki anak.
Biasanya: Ke Sulawesi 20 hari, bawa 2 tas aja cukup tengkyu.
Sekarang: Ke Cirebon 3 hari bawa 1 koper guede, 2 tas gede, 1 backpack sedeng, 1 tas cantik, 1 tas ASI, 1 coolbox buat ASI cadangan. Ples selimut, kasur, dan bantal khususnya.
Bawaan di atas itu belum seberapa karena ngetripnya cuma di rumah tante yang berdomisili di Cirebon. *Hae pung Undu.. Hi Onty Nita.. Uwuwuwuwwu*. Yang mana kalo nginep di rumah tante sendiri maaah bisa gampang minjem ember dan mandi tanpa susah payah. Kalo nggak? Kalo ngetrip sama bocah aja? Kalo di penginapan abal-abal? Wah harus bawa lebih banyak printilan lagi. Karena setitik barang gak kebawa, rusak planning sebelanga.
Baca juga: Perjalanan Perdana Rayn: Cirebon Trip!
Namun sejujurnya saya melakukannya dengan suka cita dan tidak terbebani. Proses belajar itu semua yang membentuk saya jadi manusia yang lebih baik lagi. Jadi bisa bangun lebih pagi untuk packing, menjadi orang yang lebih teliti agar tidak kelimpungan di jalan, jadi lebih rajin nabung untuk jalan-jalan lagi, dan transformasi-transformasi lain yang lebih positif.
See? How powerful a mom can be for the ones they loved. Isn’t it beautiful? I’d say it is. With all my heart. Terima kasih udah bikin Mamoy jadi manusia yang terus menerus melakukan progress ke arah yang lebih baik, Sherpaku. Selamat hari Ibu bagi semua perempuan di dunia. Yang belum jadi Ibu, pernah jadi Ibu, dan akan menjadi Ibu. Jadi, jalan-jalan ke mana lagi kita, nak? *insert smiley with sunglassess*
PostBar ini adalah postbar geng Be Wondeful Blogger. Baca kisah lain mengenai Ibu di sini ya:
- Urry: Mom Bunda Mama Ibu
- Titiw: Refleksi Perjalanan Menjadi Ibu di Hari Ibu
- Fitri: Jadi Kisah Romantis di Hari Ibu
- Justi: Di Beranda
- Nadia: Strong Momma!
- Andhien: Berubah? Emangnya Ksatria Baja Hitam…
13 thoughts on “Refleksi Perjalanan Menjadi Ibu di Hari Ibu”
Ya Tuhan dirimu benar ada kak..
*mari bergandengan*
*Berpelukaaaaaan*
Duh mukanya lucu amaaaat! Itu admin IGnya siapa? ??
Admin IGnya @sherpathetraveler sapa lagi kalo bukan Mamoy, tanteee.. :’))
Selamat Hari Ibu. You’re the best!
Thx poy!
Beneran kamu dan Sherpa ini macam copy paste deh! Gemessshhh!! Udah punya IG pula :)))
Nyahahhahaa yha. IG moderated by Mamoy. :D
hahahha iya beneeer. Mau travelling luar kota aja bawaan bayi udah se-Indonesia Raya sendiri ya mbak. Happy belated mother day ya mba Titiw :)
Thank you mbaak :)
Kamu beneran ke Cirebon bawa 1 koper gede?
aku ke bandung aja bawa 2 :|
hahahahahahahaha enjoy it while you can kak, ada kalanya kangen pingin balik ke kemudahan hidup single, Tapi aku kan sekarang bahagiaaaaa.. uw uw uwwwwww
Ekspektasi: leha-leha setelah jadi ibu rumah tangga
Realita: boro-boro leha-leha, ke kamar mandi tanpa diikutin atau ga diketokin pintunya sama si bocah aja susyaaah.
Lyfe as a mom.???
Begitulah jadi Ibu. Makanya gak salahkan sorga dibawah telapak kaki Ibu. Salut buat semua Ibu.