Hutan Itu Berharga. Hutan Itu Indonesia

Infografis Hutan Itu ID

Tahukah kamu kalau kertas itu terbuat dari kayu? Tahukah kamu kalau hutan adalah paru-paru dunia? Tahukah kamu kalau kebakaran hutan menimbulkan kabut asap yang dahsyat? Tahukah kamu bahwa kerusakan hutan menyebabkan banjir?

Hampir pasti jawaban dari pertanyaan di atas adalah: TAHU.

Tapi tahukah kamu bahwa tingkat kerusakan hutan Indonesia adalah tertinggi ke-dua di dunia? Tahukah kamu kalau kerusakan hutan memicu krisis air di Indonesia? Tahukah kamu jika hutan makin sempit maka tumbuhan asli Indonesia terancam punah? Tahukah kamu bahwa kerusakan hutan menimbulkan konflik ruang antara satwa liar dan manusia?

Hampir pasti pula, jawaban dari pertanyaan di atas adalah: TIDAK TAHU.

Kita tahu bahwa hutan itu penting. Namun kita hanya melihat di permukaan, dan hanya mengecam kerusakan-kerusakan yang ada tanpa melakukan hal-hal yang mencegah kerusakan hutan lebih lanjut lagi.

Tapi saya cuma mahasiswa yang kerjanya kuliah, makan pecel lele murah deket kos (kalo lagi ada duit baru makan ayam), dengan nilai dan muka pas-pasan. Apa yang bisa saya lakukan?

Duh, kesian juga kamu ya. Tapi tenang, banyak cara menyelamatkan hutan, dengan hal-hal yang sebetulnya sederhana. *Kasih nasi uduk ayam bakar* Caranya bagaimana? Coba tilik video yang satu ini.

[youtube]

[/youtube]

See? Mungkin kita bukan anggota Greenpeace yang berani ke lapangan untuk pasang badan demi tidak terjadinya pembakaran lahan hutan. Mungkin kita bukan seorang direktur perusahaan sawit yang punya kuasa untuk memilih hutan mana lagi yang akan dibabat. Tapi ada hal-hal kecil yang bisa membantu, sesedikit apapun itu. Dan kamu bisa mengampanyekan hal itu.

Kampanye tidak harus sesuatu yang sulit. Malah, jika melakukannya mudah, orang akan lebih tergerak untuk melakukannya. Seperti Earth Hour yang “hanya” mematikan lampu. Seperti yang kita tonton di video, dimana kita bisa mengurangi pemakaian kertas hanya dengan mengurangi besar font yang kita pakai saat mengetik.

Kelas Suka Hutan (1)

Dan kampanye ini akan lebih luas amplifikasinya ke masyarakat jika kita lakukan secara online. Makanya ketika saya dihubungi oleh tim Hutan Itu Indonesia untuk mengisi sebuah kelas sukarelawannya, saya tidak ragu-ragu menjawab IYES. Tapi nggak tahu kalo mas Anang ya.

Kelas tersebut dinamakan Kelas Suka Hutan. Terdiri dari beberapa sesi yang dapat membantu campaign Hutan Itu Indonesia. Wait. Apa sih Hutan Itu Indonesia (HII)? Kalo mengutip dari Website HII, ini adalah sebuah kampanye positif untuk menumbuhkan kecintaan kita akan hutan Indonesia yang sesungguhnya keren banget dan berpengaruh sekali untuk kehidupan kita semua. Hutan selayaknya mendapatkan kembali posisinya sebagai bagian dari identitas Indonesia, sama seperti laut dan budaya kita.

Hamdalah saya dipercaya untuk mengisi kelas “Ayo Kampanye Online” yang diikuti puluhan sukarelawan. Mereka terdiri dari bermacam-macam latar belakang yang semuanya memiliki benang merah untuk mau sama-sama membantu hutan Indonesia. Lalu asset-asset digital HII ini juga sudah banyak. Seperti Twitter, Facebook Page, dan Instagram. Detailnya bisa ditanya sama kakak-kakak di HII. Ehe ehe.

Selain sharing kampanye via social media dari saya, ada juga sharing dari kakak-kakak lain tentang fotografi, video, media relations, fund raising, yang kesemua skill itu didapatkan gratis tis tis. Gak cuma dapet sharing, tapi hasil sharing itu langsung diimplementasikan melalui brainstorming. This is what i love about volunteering. Bikin CV kamu jadi kece, dapet kemampuan lain, dan juga membantu sesama. :’)

Di akhir sharing, kak Verena dari HII memberikan sebuah kaos super adem dari bahan serat bambu (sungguh sustainable!). Oh ya, untuk kalian yang mau jadi volunteer caranya mudah sahaja. Cukup buka tautan INI , isi formnya, dan nantinya kamu akan dihubungi oleh kakak-kakak dari HII.

Kelas Suka Hutan (2)

Kelas Suka Hutan. Hutan Itu ID

Oke kak, aku ngerti sekarang. Sekarang juga kulari ke hutan!

Heh, buru-buru amat, gak ada Dian Sastro di sana! Tante punya satu pertanyaan nih buat kamu!

Yes, in the end of this post, ada satu pertanyaan saya untuk kamu yang membaca tulisan ini. Apa langkah kamu untuk hutan yang lebih baik lagi? Apa ide kreatif kamu yang dapat membantu hutan dan mencegah deforestrasi? Your ideas are so much appreciated guys. 

Terakhir, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Hutan, karena Hutan Itu Indonesia.

PS: Tulisan mengenai Hutan juga dapat ditemui di artikel di bawah. Jangan lupa blogwalking ke tulisan teman-teman Travel Bloggers Indonesia ini dan meninggalkan jejak di sana!

18 thoughts on “Hutan Itu Berharga. Hutan Itu Indonesia”

  1. vitri sekarsari

    Sepakat banget kak! Kita semua lewat tindakan kecil bisa membantu pelestarian hutan. Cara saya? Saya usahakan beli rempah dan minyak kelapa yg diproduksi masyarakat hutan. Jadi membantu usaha mereka tanpa harus menebang hutan. Saya juga adopsi pohon supaya mereka bisa terus patroli jagain hutan karena uang adopsi dipakai masyarakat desa untuk operasional perlindungan hutan. Selamat hari hutan internasional!

  2. tindakan kecil, kalau rutin dilakukan, pasti berdampak besar.
    kalau aku dan teman – teman mapala di sini, kami rutin ngadain penghijauan, walau kadang hanya puluhan bibit, walau hanya di sekitaran ruas jalan di taman kota, sekitaran kampus, yang penting dilakukan, bukan sekedar wacana.
    Kalau masyarakat pinggir hutan, kami ngakalin bibitnya dengan yang punya nilai jual, macam pohon sengon, atau pohon buah gitu

  3. Firsta | A Travellers Journey

    Aku suka nih practical tips macem ini. Mulai aja dari sendiri, sedikit juga gpp, pasti ada dampaknya. Selamat Hari Hutan!

  4. Parahita Satiti

    Kalau aku, memilih untuk lebih teliti saat belanja bulanan, Kak Tiw.

    Minyak goreng pilih yang bukan dari sawit, karena minyak kelapa selain lebih sehat juga perusahaannya ga main gundulin hutan. Mahal dikit ga papa, da anak kost mah jarang-jarang masak yang deep fried gitu.

    Tisu dan kertas rajin-rajin cari info produsen tisu/kertas mana yang punya kepedulian mengembalikan hutan yang sudah dia tebangi.

    Sama reduce-reuse-recycle itu tetep harus dijalanin sebagai gaya hidup.

  5. tahu kak :( apalagi setelah cobain jelajah kalimantan di tahun 2015 lalu. Rasanya pelajaran SD dan SMP kalau kalimantan itu adalah paru-paru dunia udah nggak valid lagi. soalnya sepanjang perjalanan aku cuma lihat hutan gundul atau yang udah berubah fungsi jadi kebun kelapa sawit. harusnya di jaman yang modern ini udah go paperless, ngerjain apa-apa kan udah bisa digital. jadi bisa mengurangi kebutuhan pemakaian kertas gitu :)

  6. Tapi…tapi…tapi…kak…font size besar itu membuat jilidan paper kita kelihatan tebal dan isinya banyak…*MintaDijitak* :p

  7. Sukaaaa baca ini. Aku memilih untuk menerbitkan bukuku javasiesta secara indie karena (selain karena ditolak penerbit gede) supaya gak ada tumpukan buku di gudang karena sayang hutannyaaaa. Mendingan print on demand dalam jumlah sedikit-dikit dan jelas yang mau bacanyaaa… Kak, mo pesan javasiesta? ?

  8. Baru kepikiran bahwa mengurangi besar font bisa membantu melestarikan hutan. Selama ini karena gemas aja kalau jumlah halaman jadi banyak karena satu kalimat nyempil di halaman berikutnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top