Perkenalkan, nama saya Titi Akmar, S.Covid. Ya. Saya adalah salah satu dari jutaan orang penyintas Covid-19 di Indonesia. Alhamdulillah, Allah masih sayang sama saya dan masih memberikan kesempatan untuk menjalankan hidup bersama keluarga tercinta. Dari pengalaman kena Covid tersebut, ijinkan saya bercerita dan apa yang saya lakukan saat itu.
Tahun 2020 adalah saat pertama kali Indonesia kedatangan “tamu” virus yang mematikan dari golongan coronavirus, bernama SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus corona. Saat virus ini masuk ke Indonesia, saya adalah orang yang sungguh taat protokol kesehatan alias prokes.
Di satu hari di akhir 2020, saya cukup stress. Ada pekerjaan kantor yang menguras waktu, tenaga, pikiran, dan berhubungan sama banyak approval orang hingga tahap CEO. Lagi stress-stressnya, pas banget saya lagi menstruasi dan gak sempet makan sampai sore. Di Jumat sore itu, mulai pusinglah dan gak enak badan. Saya pikir ini karena telat makan dan lagi mens.
Saya jarang betul minum obat, tapi sakit kepalanya cukup kenceng waktu itu sehingga saya minum Paramex. Jalan terakhir yang saya pilih kalau sedang sakit kepala. Untuk gregesnya, saya minum Sanmol. Tanpa pikir panjang, saya putuskan untuk tidak tidur bareng suami hari itu, pisah toilet, pisah tempat makan, dan pake masker.
Kebetulan hari itu anak-anak sedang di rumah neneknya sehingga tidak berinteraksi dengan mereka. Sampe bangun Sabtu pagi, pusing masih terasa tapi greges sudah berkurang. Malamnya, badan demam lagi dan pusing masih bercokol.
Hari Minggu pagi, badan cukup seger meski masih sedikit pusing. Rasanya tuh kayak lagi panas dalem. Gak anget, tapi greges dan sumeng. Saat itu saya masih bisa mencium bau-bauan. Senin, anak-anak pulang ke rumah karena adek Kala badannya hangat. Waduh. Saya masih sakit, tapi kasihan dia nangis-nangis, tapi Senin malam saya masih tidur sendiri dan anak-anak dengan Ayahnya.
Selasa, saya sudah merasa lumayan. Pusing jauh berkurang tapi masih kayak panas dalam. Adek bener-bener rewel sehingga saya tidur dengan dia malamnya, dengan tetap pakai masker. Rabu pagi, kami sekeluarga Swab PCR. Saya, suami, 2 ART, dan om di rumah. Anak-anak, rapid test. Hasil anak-anak negatif sedangkan hasil PCR kami akan keluar di hari Jumat.
Paginya PCR, Rabu sore sewaktu mau mandi tiba-tiba saya tidak dapat mencium bau sabun. KAGETNYA BUKAN MAIN. Saya cium lagi shampoo, odol, minyak angin, essential oil. Ya Allahhhhh, semua nggak ada baunyaaaaaa. Minyak angin berasa angetnya, tapi gak ada baunyaaa! Saat itu Mahe tampak denial dan gak mau saya mikir aneh-aneh karena hasil PCR belum keluar. Saya pun tetap kerja sampai malam (di ruang kerja), namun sudah tidak tidur lagi dengan anak-anak.
Kamis, masih ngurung diri di kamar, masih pisah toilet, dan anak-anak cuma dadah-dadah dari jendela. Saat hasilnya keluar di hari Jumat, SAYA NEGATIF. Mahe lega, tapi saya yakin ada yang salah dengan hasil test tersebut. Kalau gejala saya hanya demam, batuk, pusing, mungkin saya bisa percaya dengan hasilnya. Tapi ini saya sudah sampai tahap ANOSMIA atau tidak bisa mencium! Ini adalah tanda yang paling fix bahwa saya positif Covid-19.
Akhirnya Sabtu pagi saya berangkat ke Bumame untuk PCR lagi. Gak mau pakai PCR home test karena takut hasilnya kurang maksimal lagi, atau memang virusnya kemarin masih masa inkubasi sehingga belum tegak diagnosa. Sabtu malam, hasil test keluar. SAYA POSITIF COVID-19.
Pas liat sms yang masuk itu, kayak liat setan. Kageettt sekaget-kagetnya. Tapi deep down ada perasaan sedikiiit lega karena akhirnya ketauan jelas saya sakit apa sehingga tahu apa langkah selanjutnya yang harus saya lakukan.
Kalo ditanya, “Tertular dari mana?” Jujur saya nggak tahu. Namun memang saya masih beberapa kali ke kantor, nurseries, makan di luar, ketemu teman, dan keluarga juga masih datang ke rumah, begitu juga sebaliknya. Nggak cuma itu, suami pun masih WFO (work from office).
Karena hasil saya yang positif itu, maka Minggu pagi Mahe, anak-anak, dan ART langsung meluncur ke Bumame untuk PCR. LAGI. Allahuuuu juta juta yaaa yang dikeluarin dalam seminggu karena virus blengcek ini. :’) Hamdalah, hasil keluar dan mereka semua Negatif. Bener-bener keajaiban karena adek sempat tidur sama saya semalam sebelum PCR. Akhirnya suami dan 2 anak bedol desa ke rumah mertua yang masih sekomplek. Sedangkan ART kami si Yani memutuskan untuk di rumah saja mendampingi saya.
OKEH. Itu dia sekilas dua kilas cerita awal saya tentang pengalaman kena Covid. Setelah tahu kena Covid, apa yang dilakukan selanjutnya?
- ISOLASI MANDIRI. Pisah rumah jika memungkinkan, tapi jika tidak memungkinkan betul-betul taat prokes. Beda kamar, beda toilet, beda alat makan, semprot-semprot setiap saat. Saya pakai semprotan Saniter, yang disempot gagang pintu, pencetan lampu, jalan yang saya lewatin, dan apapun yang sekiranya udah tersentuh.
- Hubungi orang-orang yang sekiranya sempat bertemu dalam 2 minggu terakhir. Saya sempat bertemu beberapa teman dari gengijo, orang kantor, dan beberapa teman yang sempat ke rumah. Minta mereka cek semua, dan hamdalah semuanya negatif.
- Kabarin kantor untuk ijin, khususnya ke HRD, manager, dan CEO.
- Hubungi RT/RW & Dinas Kesehatan di Kota/Kabupaten atau Puskesmas yang menjadi narahubung pengawasan kondisi kita. Untuk DKI, Satgas Covidnya bisa dihubungi di: Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Jalan Kesehatan No. 10 Jakarta Pusat. No telp: 112, atau 081 112 112 112, atau 081 388 376 955. Saya waktu itu hubungi no.telponnya dan diberikan kontak Puskesmas terdekat.
- Jika sudah kontak dengan Puskesmas, ceritakan kronologis dan gejala yang dirasakan. Apabila gejalanya cukup parah, akan dirujuk ke RS. Jika tidak ada tempat untuk isolasi mandiri (Isoman), dirujuk ke Wisma Atlet. Saat itu saya dibilang untuk isoman saja di rumah karena gejala sudah hilang dan tidak ada sesak napas dll.
- Jika dalam 2 minggu terakhir kamu bepergian dengan pesawat, buka aplikasi Ehac (kartu kewaspadaan kesehatan) yang wajib dimiliki saat bepergian, dan update status kamu. Bisa juga share di social media seperti misalnya: “Dear teman-teman, pagi ini saya positif Covid-19. Di tanggal xxx saya naik pesawat maskapai xx dengan nomor penerbangan xx dari Jakarta – Malang. Jika ada yang sekiranya 1 pesawat dengan saya, mohon periksakan diri.”
- Mengonsumsi vitamin yang dianjurkan dokter, dan tidak asal minum obat-obatan. Ingat, virus itu tidak ada obatnya. Yang bisa bikin dia hilang adalah imunitas kita yang makin membaik. Jadi jangan asal-asalan minum antibiotik.
- Cek saturasi oksigen dengan alat yang bisa dibeli di ecommerce. Waspada jika saturasi di bawah 95%.
Saat saya dinyatakan positif covid-19, saya tidak langsung share ke social media. Kenapa? Karena ketika orang-orang banyak yang tahu, akan banyak pula pertanyaan Kenapa, Mengapa, Bagaimana, dll. Dan ternyata, itu membuat saya anxious dan kena serangan panik yang parah.
Saya tidak menganggap ini aib, hanya saja saya menjaga perasaan dan pikiran sendiri untuk sembuh. Dan yang terpenting, saya sudah japri siapa-siapa saja yang sekiranya bertemu dengan saya 2 minggu terakhir. Itu wajib dilakukan ya guys.
Lalu apa saja yang saya konsumsi selama isoman?
- Vitamin C, vitamin D, vitamin E
- Zinc
- Propoelix
- Lian Hua
- Madu
Saya minum 1 kapsul sehari semuanya, jadi tidak yang sampai berkapsul-kapsul dalam sehari karena saya merasa ini hanya untuk jaga kondisi. Oh ya, untuk Propoelix dan Lian Hua katanya sekarang masih diteliti, jadi menurut saya yang penting vit CDE dan Zinc saja untuk sekarang ini.
Selain konsumsi vitamin, ini hal-hal yang saya lakukan selama isoman:
- Tidur cukup no begadang, paksain tidur siang juga karena tubuh jadi mudah lelah.
- Minum air putih hangat terus menerus
- Melakukan nasal wash atau cuci hidung 2x sehari, pagi dan sebelum tidur. Isi botol nasal wash dengan air NACL.
- Kumur-kumur dengan Betadine kumur 2x sehari. Pagi dan sebelum tidur.
- Karena ada mbak, mbak setiap jam makan bawain makan ke depan kamar dan saya makan di dalam kamar. Pakai alat makan khusus untuk kamu. Setelahnya cuci sendiri di wastafel pake sponge berbeda dari orang rumah.
- Baju bekas pakai, saya rendam Dettol dulu seharian, setelah itu baru dibawa mbak untuk dicuci mesin. Pastikan mbak atau orang yang bantu juga selalu pakai masker dan sarung tangan.
- Wajib paksain makan meski gak ada rasanya. Kalo gak napsu makan nasi, beli lemper, risol, yang penting perut keisi. Ini saatnya manjain diri dengan beli makanan-makanan enak!
- Boboknya tengkurap biar lebih enak untuk paru-paru.
- Jemur-jemur setiap pagi sampe keringetan
- Nonton Netflix yang hepi-hepi
- Cuti full sehingga gak liat kerjaan yang bikin stress
Untungnya isoman di rumah dan gak ngendon di kamar aja, saya masih sempat urus-urus anak ijo seharian, jemur-jemur di teras, dan nonton Netflix. Segala film India yang panjang-panjang saya tonton biar gak inget sakitnya. Plus juga video call bego-begoan sama temen-temen. Itu bantu banget bikin ketawa tiwi. Sebisa mungkin gak liat berita-berita serem seputar covid juga yaa.
Saat dinyatakan positif covid-19 ini, yang betul-betul kena adalah psikis kita. Saya aja yang gejalanya bisa dibilang gak berbahaya, langsung sugesti sesek kalo malem. Terus kepikiran gemana kalo ada apa-apa selama isoman, sama ortu, sama anak-anak, dll. Kalo ada berita sedih atau serem langsung ketriggered. Saya sempet berbulan-bulan gak bisa baca atau nonton horor kesukaan karena jantung langsung sakit. :'(
Sempet baca berita kalo orang sakit jiwa di Sulawesi, tingkat kesembuhannya tinggi karena gak ada beban pikiran dan biasa diisolasi. Antara lega sama sedih bacanya. :’)
Selama 14 hari saya isoman, lalu test PCR. Hasilnya: Negatif. Namun agar lebih aman, saya tambah lagi isoman 7 hari dan PCR ke-2. Hasilnya: Negatif lagi. Setelahnya baru deh kumpul sama suami dan anak-anak. Legaaaaa dan bahagiaaaa rasanya. Sebelum kena Covid, mikir pengen me time lah apa lah. Habis kena covid, huaaaa Mamoy butuhnya time sama kalian naaaaak. Kangen bangeeeettttt bangetttt.
Itu diaaaaa pengalaman saya dengan si virus covid-19, dan hamdalah juga sudah vaksin pertama di awal Juni kemarin. Meski sudah vaksin, tetap taat prokes ya teman-teman. Cek detail yang trusted di website INI. Kalau ada budget, gak ada salahnya juga untuk tes kesehatan jantung, paru-paru, setelah Covid. Karena takutnya kita ngerasa nggak ada apa-apa, tapi kualitasnya menurun karena sempat kena Covid.
Oh ya, jika ada anggota keluarga yang suspek atau positif Covid, silakan baca panduan Isoman dari @pandemictalks ini ya!
Jika ada pertanyaan, mau curhat, dll, boleh komen di sini. Atau boleh juga DM ke Instagram aku di @travelmom.id. Semoga kita semua sehat selalu, yang sekarang lagi positif covid-19 juga cepat pulih, orang-orang yang kita sayang dilindungi Allah, dan jangan lupa ikhtiar dengan vaksin. Semangattttt teman-temaaan!
4 thoughts on “Apa Yang Harus Dilakukan Saat Dinyatakan Terkena Covid-19?”
wah, thanks sharingnya Tiw! semoga kita semua sehat-sehat dan yang tertular bisa pulih sedia kala..
syukurlah dirimu bisa pulih kembali!
anyway, kalo sudah pernah kena covid dan sembuh pada 6 bulan lalu, kemudian vaksin pertama dan lewat 14 hari, bisa dinyatakan tuntas vaksinasi.
YAAAY! Hamdalahhh aku udah tuntasss kalo gituuu
Makasih sharingnya ya. Memang positif Covid-19 tadinya kaya aib, tp jangan sekali2 kepikiran untuk tidak menginfokan keluarga dan Ketua RT setempat. Penting untuk monitoring.
Yesssm betul bangeettt