Hampir semua orang membicarakan Earth Hour di berbagai media. Berbagai portal online, radio, blog, hingga layanan twitter yang notabene layanan update status agar tetap eksis. Saya tidak akan membicarakan Earth Hour yang akan diadakan selama satu jam hari Sabtu 27 Maret 2010 pukul 20:30 – 21:30 dan ini itunya karena semuanya sudah dibahas lengkap di website resminya, yaitu di Earth Hour Indonesia
Dalam tulisan ini, yang ingin saya angkat adalah citra Earth Hour di mata dunia, khususnya di Indonesia, dan lebih khususnya lagi di Jakarta. Memang Earth Hour dipuja dan dipuji di sana dan di sini, karena dengan gerakan global ini, banyak hal yang bisa dihemat maupun diselamatkan oleh program mematikan lampu selama satu jam dalam 1 hari. Tapi apakah Anda tahu, bahwa banyak juga orang di luar sana yang memandang sini bahkan mencemooh gerakan ini dengan kasar?
Dalam level rendah, beberapa orang asyik bercanda bahwa untuk semenit saja mereka tidak dapat hidup tanpa listrik, bagaimana dalam satu jam? Dalam level menengah, ada orang yang gembar gembor dan berpendapat bahwa Earth Hour hanyalah sebuah gerakan ritual yang tidak ada artinya. Dan dalam level lebih tinggi lagi, saya menemukan orang yang mengeluarkan kata-kata kotor dan mencaci serta memaki Earth Hour dengan meminta orang-orang untuk tidak berpartisipasi dalam gerakan ini. Wah wah.. Betapa egoisnya manusia yang sejak lahir telah “dibesarkan” oleh alam?!
Earth Hour bisa dianalogikan dengan berpuasa. Dengan berpuasa, bumi akan sedikit “istirahat” untuk memberikan sesuatu yang lebih baik lagi bagi manusia. Apa artinya satu jam dibandingkan ribuan jam yang telah bumi berikan untuk kita manusia beraktivitas dan bernafas? Dalam pandangan saya, saya tetap lebih berterima kasih untuk bapak-bapak pejabat gendut yang cengangas cengenges dan ibu-ibu bersasak tinggi dengan batu akik segede gaban melingkar di jarinya yang menyumbangkan uangnya untuk membantu dunia dan sekitarnya ditambah berpuluh-puluh media yang menyorot mereka, dibandingkan orang yang hanya bisa menghina dan merasa suci tanpa melakukan apa-apa untuk dunia.
Ingat, bumi sangat cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan manusia, tapi tidak mencukupi untuk kerakusan manusia. Earth Hour. Jam Bumi. Satu jam untuk bumi. Dengan ini, saya menyatakan untuk berpartisipasi.
11 thoughts on “Citra Earth Hour di Mata Jakarta”
Ingin ikut berpartisipasi..
*siapin kipas cendana, AC mesti mati toh? :)
Kalo mau partisipasi lombanya buruan buka http://ehindonesia.dagdigdug.com/ mbak!! :)
taun lalu ak ketiduran. mg2 taun ini ak tetep melek tanpa lupa mematikan smua listrik d rumah.
Ahaha.. amin ya Allah! Ciyeh penganten baru.. *teteup*.. :D
iya tiw, waktu gerakan earth hour dulu aja, banyak banget yang nyela2.
dari… ngapain matiin lampu? kita kan bayar mahal … ke… kalo mau earth hour harusnya Pemerintah dong yang matiin lampu, macem2 deh…bikin depresi
Yaelah capek amat.. mulai aja dari diri lo sendiri.. ngapain ngurus pemerintah.. pemerintah juga nggak ngurusin elooohh.. hahaha.. :))
eh siapa yg mencaci maki? mana orangnya? *linting lengan baju* :D
Yg itu ooooom!! *nunjuk org gak bersalah* *devide et impera*
jadi inget kalau saya tinggal di tempat yang sepertinya kurang ada perhatian dari pemerintah setempat tentang kegiatan seperti ini :D
Oh ya..? Emang tinggal di manakah mas Dio..?
yasudhlah. gerakan smacam ini kan banyak pro kontranya. apalagi lsm2 yg sibuk mencari tau ttg ada tidaknya keuntungan materi dr acara ini. gbr