Attention: mau curhat rada panjang tentang pengalaman jodoh-jodohan. Yuk dibaca Siapa tahu kamu jadi cepet dapet jodoh juga. :D
Begini ceritanya. Satu setengah tahun yang lalu, saya -yang gemes dengan sohib yang merupakan bagian para jomblo-jomblo nelangsa- mulai melakukan gerilya kecil-kecilan. Si A cocok gak ya sama si B. Si C cocok gak ya sama si D.
Sampai akhirnya saya melihat sahabat kuliah saya Abim sepertinya cocok dengan Dimas, karib ngetrip saya. Yang satu banyak ngatur, yang satu seneng diatur. Yang satu Padang yang satu Jawa. Yang satu alisnya rimbun. Yang satu alisnya tipis kering kayak martabak.
Dari pertemanan itu, saya memutuskan untuk menjodohkan mereka. Langkah awal: nyuruh (nyuruh beneran pake maksa) Dims untuk iseng whatsapp Abim. Dims yang selow bilang iya-iya ajah. Yang saya sedikit takutkan sih pihak wanitanya. Yang suka picky-picky tanpa alasan dan gampang ilfil.
Dan di suatu malam remang.. Saya maksa (lagi-lagi maksa, sepertinya itu bakat saya) Dimas untuk berenang bareng sambil curhat tentang gemana hubungan mereka berdua. Iya. Berenang berdua. Di roof top sebuah apartemen saat kita bedua lagi punya akses gratis.
Dengan badan yang menggigil, si pria bercerita bahwa ia suka dengan si wanita yang enak diajak ngobrol, namun tidak mau memaksakan hubungan jika memang si wanita tidak mau. Saya tanpa patah arang bilang: “Kaaak.. lanjut terus kaak. Abim anaknya suka sok iye, kalo dicuekin dikit pasti dia malah nempel kayak perangko. Belon lagi kepolosan dia yang kadang bikin gemes itu kak.”
Dimas pun tertawa-tawa mendengarnya. Dimas berseloroh “Aku sama dia sih udah buka-bukaan kak *eh buka apaaa*, udah cerita tentang mantan kita, udah cerita ini itu, dan lain-lain, dan kawan-kawan. Tapi lihat nanti yaa..“
Di lain pihak, Abim yang saya tanya-tanya tentang hubungan mereka tampak malas-malasan seperti kuli borongan yang belum dibayar 3 bulan. Wah, saya mulai hopeless melihatnya. Namun asa itu berpendar lagi ketika Abim mau diajak-ajak ketemuan kita-kita. Sekadar nonton, ataupun makan berjamaah di nasi uduk Kebon Kacang.
Nah, pacar saya kala itu (yang sekarang hamdallah udah ngawinin saya), juga gak kalah gencar jodohin mereka. Dari iseng-iseng ajak chatting, sampe kayak punya visi misi yang besar di balik itu. Kayaknya sih tujuan doski buat punya istana di surga bingits yes.
Sampai akhirnya, di satu waktu.. Mereka ngabarin kalo mereka mau serius pacaran. Saya dan Mahe tos-tosan karena berhasil setengah jalan jodohin mereka. Dan beberapa waktu setelah saya kawin, mereka announcement juga untuk mau lamaran. Yes. 3/4 jalan sudah. Dan akhirnya, di penghujung September 2014 yang lalu mereka menikah dengan adat Padang. Abim terlihat cantik dan sedikit grogi, sedangkan Dims terlihat santai dan ketawa tiwi. Jangan-jangan dia udah biasa ijab kabul?!
Hamdallah mereka jodoh dan bersatu juga di sebuah bahtera rumah tangga. Lumayan buat dinaikin bahteranya pas musim banjir nanti. Akhirul kata, kami seneng kalian berdua join the club. Thank you for the thank you note and the gift guys. Muat di badan, berarti diet sakses! Kebahagiaan kalian adalah doa nomor satu yang kami panjatkan di tanggal 27 September kemarin. Sakinah, Mawadah, Warahmah, Mr. & Mrs. Aditya! Satu istana di surga has been booked!
Love, Mr. & Mrs. Mahesar
5 thoughts on “Jodoh Itu di Tangan Tuhan Lewat Paksaan Teman”
Congrats Ade dan Dimas. Semoga sakinah mawadah warahmah dan cepat dikaruniai anak yang berbakti.
Btw, ada hadist atau dasarnya gak sih bahwa yang berhasil jodohin itu akan disediakan rumah/istana di surga? *serius*
Iya ya, itu urban legend ndak sih? Hoho..
Jadi, sudah bisa mendirikan biro jodoh dunk ya?? :D
Hihi, ayo siapa yang mauuu.. Kamu gak boleh ya Bieb.. x)
Seru cerita yang anda tulis. Mengingatkan saya dengan seseirang yang pernah ada dalam hidup ku