42 Pertanyaan Sebelum Menikah Yang Perlu Didiskusikan Dengan Pasangan

42 Pertanyaan Sebelum Menikah dengan Pasangan

Kamu akan menikah? Inilah postingan yang layak kalian baca, komen, save, dan share. Yes! Inilah daftar pertanyaan sebelum menikah yang wajib didiskusikan dengan pasangan kalian!

Tunggu-tunggu…! Banyak banget sampe 42 pertanyaan yaaa…?

Percayalah, akan lebih buanyak lagi pertanyaan dan drama yang terjadi jika hal-hal ini tidak dibahas sebelum menikah.

Memang apa saja sih pertanyaan sebelum menikah yang perlu kita tanyakan dengan pasangan itu?

Saya akan bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi 6 topik utama!

01. Wedding

Ini baru tahap awal dari kehidupan sesungguhnya yaitu pernikahan. Jika dari kawinannya aja banyak yang gak sesuai, coba ditelaah lagi ya apakah kalian berdua serius mau melangkahkan kaki lebih serius?

  1. Di mana dan kapan akan menikah?
    Apakah di kampung si istri, di kampung suami, di daerah mereka sekarang, di Bali, di luar negeri, atau hanya di KUA? Apakah sebelum bulan Syawal, apakah ngikutin weton, apakah harus ada hari baik atau ikutin aja tanggal gedung yang kosong?
  2. Apakah perlu perjanjian pra nikah?
    Memang sih, once kita menikah semua harta yang dibeli saat menikah adalah harta bersama. Jika kamu adalah perempuan sukses tajir melintir dan mau melindungi harta dan lain-lain dari hisapan lintah suami-suami mokondo, silakan buat perjanjian ini. Kalo nggak ada apa-apa yaaa yaudah iklas aja kayak saya. :’)
  3. Berapa maksimal biaya menikah yang akan atau mau dikeluarkan?
    Tentukan dari awal. Misalnya 100 juta. Jadi semua-semua termasuk lamaran, gedung, seserahan, ngikutin budget ini.
  4. Konsep wedding seperti apa yang diinginkan?
    Mau indoor atau outdoor? Apakah ada tema tertentu? Di KUA aja atau di gedung? Pertimbangkan dengan situasi pandemi yang sekarang sedang berjalan juga.
  5. Pernikahan terbatas atau tetap seperti biasa?
    Karena sekarang sedang pandemi, tentukan apakah kalian mau pernikahan terbatas yang betul-betul keluarga dekat, atau mau pernikahan di gedung ala Atta Halilintar & Aurel Hermansyah?
  6. Siapa yang akan bayar pernikahan?
    Pihak perempuan? Pihak laki-laki? Separo-separo? 60:40? Orangtua? Atau kalian sendiri? Jadi jangan asumsi kalau orangtua kalian akan bayarin ya.
  7. Apakah ortu perlu dilibatkan untuk persiapan pernikahan?
    Jika biaya pernikahan banyak dibantu ortu, sudah sewajarnya orangtua dilibatkan dan diajak diskusi. Kalaupun pernikahan memakai uang kalian sendiri, selalu komunikasikan juga. Karena kadang pihak perempuan merasa bisa atur semua, eh ternyata ortu si laki-laki banyak mau libas semuanya. Ini bisa bikin perang dunia ke-5!
Baca Juga:

Wedding Vendor List & The Score

02. Relationship

Kesamaan visi misi dalam hidup dibutuhkan dalam tiap pasangan. Jangan sampai setelah menikah, yang 1 asumsi begini. Yang 1 asumsi begonoh. Yang ada cekcok! Makanya pertanyaan sebelum menikah itu penting.

  1. Akan tinggal di mana setelah menikah? Mertua? Ortu? Kontrak?
    Kalo saya pribadi sih nyamannya dengan orangtua sendiri atau sekalian kos/ngontrak/apartemen sendiri. Tapi kalau misalkan diskusi ketemu di tengah untuk tinggal di rumah ortu cowok, why not? Asal tau konsekuensi-konsekuensi yang bisa saja bermunculan. Jangan sampai setelah nikah, “Yuk besok kita packing ke rumah Mama”. “Hah Mama siapa? Mama aku kan?” “Loh bukannya rumah Mama aku?” Wakwawwww…
  2. Apakah istri boleh atau harus tetap bekerja?
    Tidak sedikit pria yang ingin istrinya di rumah saja. Entah karena rasa percaya diri di atas rata-rata karena nama belakangnya “Bakrie”, atau ya simply penganut patriarki garis keras. Karena banyak loh perempuan yang bahagia kalau kerja, jadi bukan semata-mata cari duit. Dan itu harus dipahami kedua belah pihak.
  3. Apakah suami ada niat poligami?
    Jika tidak, bilang dengan tegas. Misalkan “Aku tidak akan dan tidak berniat poligami.” Dan perempuan bisa bilang “Ok, kalau misalkan amit-amit kamu kecantol perempuan lain, tidak ada opsi aku untuk dimadu, yang ada hanya cerai dan hak asuh anak 100% di tanganku”.
  4. Bagaimana pandangan masing-masing tentang perceraian?
    Apakah perceraian adalah jalan terakhir yang ditempuh? Apakah cerai = tetap bisa ketemu anak? Apakah kalau amit-amit jabang beibih cerai, itu berarti tidak ada komunikasi lagi? Atau bisa cerai baik-baik seperti Dewi Lestari dan Marcell?
  5. Apakah tetap ada privacy seperti tidak boleh liat HP pasangan?
    Sewaktu pacaran, rasanya wajar saja jika keki saat pasangan lihat-lihat HP kita (meskipun tidak ada apa-apa). Tapi ketika sudah jadi suami istri, batasan itu dianggap hilang atau tetap menjadi ranah pribadi? Segala password email, atm, apakah menjadi konsumi suami istri?
  6. Apakah akan ada ART atau rumah urus bersama, atau hanya istri?
    Percayalah, ART mempermudah segalanya. Tapiiii kadang ada aja laki-laki yang berkelit di balik “Kalo ada ART, aku gak bebas buka baju atau makeout di ruang tamu.” LOL, kocak, tapi saya tahu ada teman saya yang seperti itu lho.
  7. Apakah merayakan ultah, anniversary, dll?
    Ada loh orang yang betul-betul nggak peduli sama perayaan. Perayaan ultah, anniversary, jadian, pertama kali ciuman, pertama kali telponan, dannn sebagainya. Jadi sampaikan, apakah kamu menganggap itu penting? Dan kalau iya, apa yang bisa pasangan lakukan agar kamu tidak merasa sedih dan dicuekin? Misalnya ambil 2 perayaan paling penting aja, seperti wedding anniversary dan ultah pasangan. Tapi yang 2 itu gak bolehhh sampai lepaaas.
Baca Juga:
Anniversary 5 Titiw Mahe (9)

Tolong! Suami Saya Berubah Menjadi Suami Idaman Seperti di Meme Akun Parenting!

03. Pregnancy

Kadang perempuan ingin lahiran caesar tapi suami ngotot lahiran normal karena biaya. Ini harus dibicarakan. Apakah diusahakan untuk BPJS yang cover caesar? Atau istri diyakinkan untuk tidak takut lahiran normal? You guys decide, tapi ingat ini adalah tubuh perempuan dan sebisa mungkin dengarkan pendapatnya.

  1. Mau menunda punya anak atau langsung digeber?
    Misalnya saja pekerjaan dari suami/istrimemiliki kontrak bahwa tidak boleh punya anak dulu. Atau mau nabung dulu. Yang jelas ya harus keputusan bersama, kalau jawabannya adalah tunda, pakai kontrasepsi yang nyaman untuk keduanya.
  2. Bagaimana jika tidak bisa punya anak? Suami boleh kawin lagi?
    Ini adalah pertanyaan super penting. Jika TIDAK BISA punya anak, apakah suami kawin lagi dengan jalan cerai, atau poligami? Dan sebaliknya, jika laki-laki yang mandul, apakah istri akan memilih jalan cerai demi punya anak?
  3. Mau dokter perempuan atau laki-laki?
    Nah yang satu ini kadang bikin berantem juga. Bapack-bapack inginnya istri punya obgyn perempuan. Tapiiii, obgyn kekinian yang diincer istri itu adalah bapack-bapack juga. Cus heula diskas satu sama lain.
  4. Normal atau Caesar?
    Yaa, kalo secara persentase sih biasanya lebih banyak perempuan maunya normal. Tapi ada loh yang dari awal sudah memutuskan mau caesar. Ini harus dihargai ya pak bapak. Kalau biaya bukan masalah, ya serahkan pada istri. Tapi kalau biaya mentok, apakah bisa dicover BPJS? Atau apakah caesar tapi di RS yang lebih murah?
  5. Apakah suami antar istri kontrol?
    Biasanya jadwal kontrol kehamilan tidak bisa kita kontrol. Tapi apakah istri mau antre lebih lama di saat weekend asal diantar suami? Atau lebih baik tanpa suami tapi gak banyak antrian jika mengambil jadwal weekdays? Kalaupun istri ngotot harus selalu suami, apakah suami bisa ijin pulang cepat sebulan sekali untuk antar istri kontrol?
  6. Rumah sakit seperti apa yang dipilih?
    Dulu saya memilih RS dekat rumah karena sudah cocok dengan obgynnya. Meskipun RS itu yaaa kualitasnya gak paripurna. Atau kamu lebih nyaman dengan RS yang kayak hotel tapi jauh banget dan antrenya bisa sampe ngambil 2x waktu shalat?
  7. Apakah mau menabung untuk IVF atau bayi tabung?
    Coba bicarakan, apakah jika 2-3 tahun belum punya anak, pasangan siap untuk melaksanakan proses IVF atau bayi tabung? Ini diambil dari dana apa? Apakah keluarga besar pro dengan hal ini?
Baca Juga:
Perlengkapan Bayi Baru lahir

Daftar Perlengkapan Ibu dan Bayi Baru Lahir Beserta Budgetnya

04. Kids

Apakah ada opsi jika salah satu TIDAK MAU punya anak? Atau jika TIDAK BISA punya anak apakah open untuk adopsi? Lalu jika punya anak apakah vaksin? Jangan salah, saya tahu pasangan yang berpisah hanya karena yang satu antivaksin dan yang satu pro vaksin.

Yuk simak apa saja pertanyaan sebelum menikah yang berhubungan dengan anak.

  1. Mau berapa anak dan berapa tahun jaraknya?
    Yang satu maunya 2, yang satu maunya 11. Gak nyambung. Tapi harus diingat, yang akan kerja bakti adalah perempuan. Jadi gak usah sok jagoan juga ya pak bapak mau anak sejumlah kesebelasan. Apalagi kalo yu punya uwit pas-pasan. Untuk jarak usia juga penting demi mental sang ibu, atau kesiapan materi sang bapak. Lalu bagaimana kalau salah 1 tidak mau punya anak?
  2. Anak divaksin atau tidak?
    PENTING BANGET LOH INI. BENERAN. Kalo pasangan antivaksin, kabur aja. Hahahahaha. Meskipun terdengar sepele, ini berarti visi misi dalam dunia kesehatan kalian yang sehari-hari tinggal bersama bisa berbeza. Kalau yang satu gak mau anaknya divaksin, tapi yang satunya merasa wajib, kan sulit. Kalo saya sendiri, PRO VAKSIN BANGET YA PLIS KALO GAK VAKSIN MENYUSAHKAN ORANG BANYAK.
  3. Apakah akan pakai KB?
    KB itu selain menghindarkan dari kehamilan yang tidak direncanakan, juga memberikan rasa aman pada perempuan. Apa pilihan KBnya? Biasanya IUD bikin darah haid lebih banyak. KB suntik bikin gendut. Ataauuu, yang gak berhubungan sama hormon dll ya KB untuk pria. Masnya setuju gaaak untuk KB? Perempuan punya anak maksimal setahun 2x. Tapi kalo cowok, selama sama perempuan beda-beda tiap malem, anaknya bisa sampe 365 lho! OMG! Jadi, mendingan cowok aja yang KB kaaaan? ;)
  4. Siapa yang jaga anak jika ortu kerja? Mertua? ART? Daycare?
    Tentukan dari awal. Jika daycare, harus iklas kalau anak gampang sakit tertular dari anak lain. Kalau sama mertua, harus legowo kalau ada value parenting kita yang tidak sesuai dengan mereka. Kalau sama ART, harus pasang CCTV, harus cari yang sayang anak, yang gak gampang minta pulang, gak drama, gak boong-boong, dll dkk dsb dst kthxbye.
  5. Apakah suami mau ikut urus anak? Ganti popok, suapin, dll
    Jangan pikir ini enteng. Saya tahu ada temen yang minta cerai sama suaminya simply karena si suami SAMA SEKALI NGGAK MAU PEGANG ANAK. Dari terang sampe gelap, semua-semua si istri sehingga si istri pusying dan depresi terus. Inget ya, megang anak itu bukan bisa gak bisa, tapi mau atau gak mau.
  6. Pola parenting seperti apa yang akan diadopsi nantinya?
    Apakah kalian akan menerapkan good cop bad cop, apakah akan satu suara, tiger moms, lazy parenting, ortu yang membebaskan, ortu yang mengekang, atau gimana? Duh banyak deh tipe-tipenya.

    Coba cek theAsianparent untuk yang gini-gini.
  7. Apakah akan memprioritaskan sekolah yang berkualitas?
    Ada saja orang yang punya uang, tapi tidak memprioritaskan sekolah anak. Sebaliknya, ada yang pas-pasan tapi sepenuh jiwa dan raga nabung untuk yang terbaik bagi anak. Jangan sampe yang satu pengennya sekolah terbaik, yang satu gak masalah sekolah di mana aja yang penting deket rumah. Dan kalau pilih sekolah berkualitas tapi jauh, apakah ortu bisa komitmen untuk antar jemput atau menyediakan supir?
Baca Juga:
cara menaikkan BB anak

Perjuangan, Drama, dan Air Mata untuk Menaikkan Berat Badan Anak (Part 1)

Baca Juga:

Perjuangan, Drama, dan Air Mata untuk Menaikkan Berat Badan Anak (Part 2)

05. Financial

Urusan keuangan kadang menjadi hal yang sensitif. Istri asumsi kalo semuanya dari suami. Suami asumsi bahwa kalau istri bekerja ya harus bantu-bantu ekonomi keluarga. Belum lagi untuk kesamaan visi investasi, asuransi, dana pendidikan, dll. 

Jadi, keuangan hukumnya wajib ada dalam list pertanyaan sebelum menikah.

  1. Menabung di bank, ok atau tidak sesuai keyakinan?
    Jujur saja, saya orangnya santai untuk nabung di bank, tapi suami agak menolak. Jadi kalau saya deposito di bank biasa, dia akan mendorong saya memilih bank syariah. Tapi ya gak sampe berantem. Bayangin kalo ada salah satu yang keras. Dan kalau tidak mau pakai bank, nabungnya dengan cara apa? Di bawah kasur, pake brankas, atau beli aset?
  2. Untuk beli rumah atau mobil, KPR atau cash dengan plus minusnya?
    Beli rumah KPR, bisa tahun depan. Kalau cash, 5-10 tahun lagi baru bisa, kalau inflasi gak melonjak tajem. Mau sekarang tapi nyicil apa nanti tapi cash keras? Jangan sampe bikin gak betah di rumah karena saling nyalahin.
  3. Bagaimana pengaturan uang keluarga? Suami/istri yang atur?
    Apakah 100% gaji suami diberikan istri untuk diatur? Atau suami memberikan berapa persen dari gaji untuk istri atur? Atau ternyata suami yang lebih jago atur keuangan sehingga 100% gaji di suami dan istri tinggal minta?
  4. Apakah akan mempersiapkan dana pendidikan, pensiun, darurat, dll?
    Pastikan kalian berdua menganggap ini penting. Karena kalau nggak, yang PR hanya di salah satu pihak saja sedangkan yang satu santai-santai. Tapi kalau ada apa-apa, dana darurat tetap dipake sama si pihak yang santai. Rasanya gak adil nggak sih?
  5. Apakah penghasilan istri untuk bantu keluarga juga?
    Memang dalam agama Islam, istri tidak wajib bantu ekonomi keluarga. Tapi jika memang suami pas-pasan dan istri iklas? Pasti pahala juga kan. Namun jika istri menganggap semua harus dicover suami, ya bicarakan. Entah istri yang menurunkan lifestyle, suami yang kerja lebih keras, dsb. Tapi ingat, semua ada konsekuensinya.
  6. Apakah akan investasi? Di reksadana, LM, atau apa?
    Investasi ini bisa untuk dana pendidikan anak, atau dana darurat. Kalaupun yes, lebih nyaman investasi via apa? Yang mudah dicairkan? Yang nanti-nanti saja? Yang returnnya tinggi? Saling belajar lagi untuk memutuskan hal ini.
  7. Apakah akan ada asuransi selain dari kantor? Asuransi apa saja?
    Apakah BPJS cukup, atau harus ada asuransi jiwa juga agar kalau si tulang punggung keluarga kenapa-kenapa, keluarga yang ditinggalkan ada “bekal”? Atau merasa asuransi itu riba? Apapun keputusannya, harus azas keadilan dan kesejahteraan bagi kedua belah pihak.
Baca Juga:
Tips Menabung di Usia 30-an Dengan Cara Jenius

Tips Menabung di Usia 30-an Dengan Cara Jenius

06. Social Life

Waktu pacaran, bebas-bebas aja. Pas nikah, jreng jreng, suami ternyata nggak mau istri punya temen cowok. Nggak boleh istri traveling lagi. Atau sebaliknya, suami gak boleh nongkrong lagi sama temen-temennya. Ini semua wajib bahas!

  1. Apakah suami/istri boleh punya me time masing-masing?
    Me time ini fungsinya untuk mencegah burn out di rumah. Silakan dibicarakan, apakah dengan traveling sendiri, apakah cukup ke salon, ke bengkel mobil seharian, olahraga golf dengan sobat, atau sesederhana nonton bioskop sendiri. Dan berapa kali “jatah” dalam sebulan atau setahun?
  2. Apakah penting traveling dengan keluarga?
    Saya beruntung memiliki pasangan yang menganggap traveling adalah hal yang esensial dan perlu untuk keluarga. Karena traveling ini membuat kita lebih toleransi, lebih berwawasan, bisa menjadi sarana pendidikan tidak langsung untuk anak pula. Tapiii, bisa jadi pasangan kalian menganggal traveling itu malah buang-buang uang.
  3. Apakah boleh teman-teman bermain ke rumah?
    Kalau jaman dulu, mungkin gak sesulit sekarang saat pandemi ya. Saya merasa hal ini harus kesepakatan bersama. Saya akan kesal jika pasangan tidak bilang-bilang ada orang yang mau main ke rumah. Dia siapa? Kesehatannya bagaimana? Apakah akan lama di rumah? Prokesnya gimana?
  4. Bagaimana opini tentang keluarga masing-masing?
    Ini nihhhh biang kerok kesenjangan hubungan suami istri. Misalnya saja perempuan tidak cocok dengan calon mertua, coba dibicarakan tidak cocoknya kenapa, dan apa yang bisa dilakukan oleh sang pria. Atau misalnya adik si perempuan biasa merongrong dan minta uang, apakah si pria nyaman dengan hal itu?
  5. Apakah boleh nongkrong setelah jam kantor dengan teman?
    Jangan salah, ada saja perempuan yang dulunya santai cowoknya nongkrong sama sahabat-sahabatnya, pas udah kawin, sang suami harus pulang tenggo ke rumah. Begitu juga sebaliknya. Jadi coba diskusikan, sejauh apa boleh kumpul-kumpulnya, dan segala do’s and don’ts.
  6. Apakah ok jika pasangan mau kursus, gym, kuliah lagi?
    Jika boleh, apakah harus pakai uang sendiri, dibiayai suami, atau bagaimana? Apakah ada terms and conditions tertentu? Misalnya jika istri S2 setiap weekend, maka anak akan diurus oleh suami dan keluarga suami. Jika kursus masak, coba diperdalam sehingga bisa tambah-tambah untuk pemasukan keluarga.
  7. Apakah boleh traveling tanpa pasangan atau keluarga?
    Saya boleh. Asalkan untuk alasan kerjaan, atau dengan teman/family. Untuk solo traveling, suami masih agak segan kasih ijin. Tapi saya paham sih, karena ini menyangkut keamanan juga. Gemana dengan pasangan kalian?

***

Oh ya, sebelum posting di blog ini, saya udah post di Instagram dan ada yang kasih masukan juga:

  1. Bagaimana pandangan pasangan terhadap sex?
    Wah yes banget nih aku kelewatan. Sebelum nikah sih emang agak canggung ya bahas yang detail. Tapi bisa secara general aja. Misalnya aja apakah kalo istri lagi lelah, suami lagi pengen, istri boleh menolak? Nanti kalau udah nikah, biasanya baru deh lebih komprehensif. Misalnya saja istri gak suka kalo suami gak mandi dulu sebelum have sex, atau suami bisa kasih tau istri supaya lebih ekspresif di ranjang. Demi tetap hangatnya hubungan kan yaaa.
  2. Berapa derajat AC yang biasa dipasang? :))
    Eh ini ngefek loh. Saya anak AC 25 derajat sedangkan suami, kalo ada 3 derajat juga akan dia pasang tuh 3 derajat. Jangan sampe hawa rumah tangga jadi memanas gara-gara derajat AC yes!

Ini kan list pertanyaan sebelum menikah, nah untuk yang udah nikah gimana? Tenaaaang. Saya juga dulu pas mau nikah gak semua list ini terlontar. Tapi kunci dalam sebuah pernikahan adalah KO-MU-NI-KA-SI. IYES. KOMUNIKASI!!!

Gak usah deh tuh pake kode-kode segara rupa. Gak usah pake gengsi. Wong udah pernah saling menelanjangi, masa ngobrol aja ada yang ditutup-tutupin. Bahahahahaha. Karena gak semua orang bisa baca pikiran pasangan. Jadi ya apapun diobrolin aja ya. Cari waktu pas untuk ngobrol, misalnya pas lagi makan malam, abis nidurin anak, atau saat olahraga bareng.

Gituuuuu deeeeeeh. Semoga list pertanyaan sebelum menikah yang sudah ada di pikiran saya dari jaman single ini, membantu teman-teman di luar sana yang mau nikah, yg mau punya anak, ataupun yang mau punya hubungan yang lebih sakinah mawadah warahmah.

Silakan share kepada mereka yang membutuhkan. Adik yang mau nikah. Teman yang mau punya anak. Atau save sendiri. Semoga kalian dan pasangan rukun dan sehat selalu ya semuanyaa. Aamiin 3000x!

2 thoughts on “42 Pertanyaan Sebelum Menikah Yang Perlu Didiskusikan Dengan Pasangan”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top