Siapa di sini yang sudah menikah dan punya anak? Apakah quality time bersama pasangan menurun drastis sejak punya anak? Sehari-hari jadi lebih lelah, dan udah gak punya tenaga untuk ngobrol sama suami/istri? Kalau saya: Iya. Apa-apa jadinya lebih mendahulukan anak. Pas ngobrol, ya ngobrolinnya anak. Lagi ngatur keuangan, fokusnya untuk anak. Semuanyaaa demi anak.
Bahkan sejak punya 2 anak, saya dan suami tidur di kamar yang berbeda. Dia dengan Sherpa, dan saya dengan Kalandra. Alasannya, sesimpel kasurnya nggak muat. Bayangkan, saya dan suami harus bener-bener niat kalo mau ngobrol, karena nggak ada yang namanya “Pillow Talk”.
Wajar kalau banyak orang yang bilang: “Yaaa namanya juga pernikahan. Harus bela-belain anak dong. Suami/istri harus ngalah.” Tapi bayangin deh betapa tidak enaknya jika suami lagi pengen nonton bareng istri, istri bentak “Capek ah, seharian jaga anak. Nonton aja sendiri.” Atau pas istri minta peluk, suami bilang “Duh, ngapain sih. Emang masih jaman pacaran? Malu ah dilihat sama anak.“
NO. Quality time bersama pasangan HARUS DIUSAHAKAN. Namanya pernikahan, getaran dan rasa hangat itu harus tetap dijaga. Salah satunya dengan berlibur sejenak hanya dengan pasangan, tanpa anak-anak. Seperti yang saya lakukan dengan suami.
Baca Juga: Kok Kelihatan Kayak Belum Punya Anak Ya?
I know kesannya kok gak sayang anak ya? Kok tega ya? Tapi.. Berpisah sebentar dengan anak, membuat kita refreshed. Bukan tidak sayang dengan anak. Malah karena sayang, maka untuk mencegah burnout, kami melakukan hal tersebut. Pas saya share ini di Instagram, ada testimonial dari seorang Ibu yang awalnya skeptis, namun jadi hepi karena menyempatkan quality time bersama suami. :)
Saya sadar tidak banyak yang beruntung seperti kami. Punya support system yang bisa jaga anak saat mereka ditinggalkan. Sehingga usahakan quality time semampunya. Misalnya ngobrol saat anak-anak belum bangun, nonton bareng ketika anak-anak sudah tidur, sama-sama ngurus tanaman, atau sejenak minum kopi di kafe berdua saja.
Percayalah, sesekali quality time dengan pasangan, catch up apa yang terjadi di luar anak-anak, membuat hubungan makin erat. Enak loh sesekali makan bareng tanpa harus nyuapin anak. Enak loh sesekali tidur nyenyak tanpa harus bikinin susu anak yang nangis tengah malem.
Dan dari sudut pandang anak, mereka jadi lebih menghargai rasa “berpisah” dengan orangtuanya. Seperti saya dan suami ketika ninggalin anak-anak, mereka rasanya jadi lebih kangen dan lebih mudah bilang sayang sama orangtuanya.
Kalau kalian, apa nih quality timenya bersama pasangan? Siapa tahu bisa dicontoh sama teman-teman di sini. Selamat mempunya waktu berkualitas dengan pasangan yaa!
3 thoughts on “Quality Time Dengan Pasangan: Penting Nggak Sih?”
sepakat bahwa quality time harus diciptakan.. aku yang ga ada anak yang tiap hari kumpul aja juga belum tentu ngerasa setiap waktu adalah quality time sih, ya.. apalagi yang ada anak.. lebih rumit lagi pasti ngatur waktunya..
bagi kami, jalan-jalan keluar bersama.. atau sekadar makan bareng di resto udah jadi quality time..
Mantaaaap. Semoga quality time sama istri tetap ok sehingga bara asmara tetap berkobar. Hehehehe
Paling seneng kalo istri pijet2 dan elus2 telapak kaki pakai minyak2. Apalagi kalo sampai tertidur.