Review Sang Pencerah

What
Kyai Haji Ahmad Dahlan yang memiliki nama asli Muhammad Darwis, sejak kecil (Ihsan Indonesian Idol) memiliki pandangan berbeda dengan Islam yang dianut masyarakat tempat ia tinggal di Kauman, Yogyakarta. Ia menganggap bahwa tradisi-tradisi Jawa tidak sesuai dengan syariat Islam yang sejatinya itu memudahkan, bukan malah menyulitkan. Karena kegundahan hatinya itu, ia berangkat haji. Sepulang haji (Lukman Sardi), Darwis yang telah berganti nama menjadi Ahmad dahlan menikahi Siti Walidah (Zaskia Mecca) yang merupakan sepupunya sendiri.

Makin banyak yang dipelajari, makin banyak pula aturan2 Mesjid Besar yang tidak sesuai dengan pikirannya, misalnya saja arah kiblat. Dianggap membangkang, surau kecil milik Dahlan dirobohkan masyarakat. Namun hal tersebut tidak membuat Dahlan putus asa, ia makin belajar dan belajar lagi sampai merasa bahwa pendidikan adalah faktor penting dalam hidup beragama. Lalu, bagaimana sampai Muhammadiyah didirikan? Bagaimana ia bergabung dengan Budi Oetomo? Apakah pertikaiannya dengan tradisi Jawa dapat berakhir dengan akur?

Sang Pencerah

Tiw’s Opinion
This movie was beyond my expectation. Saya tidak terlalu  mengharapkan sesuatu yang megah, yang membuncah dan yang meriah atas film yang disutradarai Hanung Bramantyo ini. Bukan, bukan karena saya apatis dengan film Indonesia, namun lebih karena saya kurang berminat dengan film-film sejarah. Jujur, saya memilih film ini karena tidak ada pilihan, dan orang2 di twitter bilang film ini bagus. Ternyata, selepas dari menonton film ini, saya jadi mengerti sejarah Muhammadiyah tanpa merasa digurui!

Kudos juga untuk Tya Subiakto yang menjadi penata musik. Pilihan pemain juga nyaris sempurna, semuanya terlihat wajar dan tidak dibuat-buat. Kenapa nyaris? Karena menurut saya, hanya Zaskia Mecca kurang mau menggali perannya di sini. Dialeknya tidak diusahakan medok, ia juga seperti tidak berusaha untuk menjadi orang Jawa pada abad 18an yang mana tidak ada wanita memakai tipe jilbab seperti yang dia pakai di tahun segitu. Tapi overall film ini BAIK. Tidak membuat saya menyadari bahwa durasinya 2 jam lebih. Dan warnanya.. Ah.. perhatikan pilihan warna dalam film ini. Abu-abu yang tidak sorrow, warna lembayung yang bersemangat.. Oh dan satu lagi, IMHO, Giring Nidji menjadi super HOT di sini. Ahay! ;)

Cocok ditonton:
Anak-anak sekolah yang masih libur, kamu-kamu yang nilai sejarahnya waktu SD merah, dan siapapun yang ingin melihat film Indonesia bangkit, berkibar, dan merajai bioskop di negeri sendiri. Oh dan terakhir, film ini sangat cocok ditonton oleh: FPI DAN KONCO2NYA. Sekian.

(c) Gambar

20 thoughts on “Review Sang Pencerah”

  1. Pertamax!!huehehe

    sebenernya saya “agak” bosan sama film Indonesia yang pemerannya itu-itu aja..
    Lukman Sardi lagi,(ups, nyebut merk, huehehe) tp emang dia aktingnya bagus sih..

    besok nonton film ini ah…:D

    1. Haha.. sebenernya juga aku selalu mikir kenapa pemerannya itu mulu ya..? Tapi si lukman sardi ini emang lucky bastard.. dapet peran yang oke2 mulu.. ng.. kecuali di quickie express mungkin.. X)

  2. “Oh dan terakhir, film ini sangat cocok ditonton oleh: FPI DAN KONCO2NYA. Sekian.”

    mwahahahahah…jadi kapan nih tiw nonton bareng temen2 FPI?ikyuuut dwoong *ngarepgratisan*

  3. iya betul bgt mba, Giring Nidji jd super hot haha.
    Saya juga jadi tiba2 ngefans ama Ihsan dan Mario Irwinsyah ( yg jadi Fahruddin/ adiknya Giring di film ini ). *Loh kok malah curhat* hehe

    Tapi memang film ini menurut saya adalah film terbaik indonesia tahun ini ( so far ). Saya udah nonton 2x tapi masih pingin nonton lagi. Walopun ga se-excited waktu pertama kali nonton, tapi msh blom bosen.

    Dulu kalo belajar sejarah bawaannya bosen banget, tp dengan nonton film ini langsung inget dr awal sejarah berdirinya Muhammadiyah. Intinya film ini ga bikin boring.

    rating dr saya 4.5/5

    1. Hooh!! Si Ihsan surprisingly aktingnya baguuus! Netyurell bangeet.. Hahaha.. Si Mario juga waw.. udah lama gak liat dia eh udah main film layar lebar ajah. Bener2, filmnya gak bisikin bosen, padahal temanya bukan tipe tema film kesukaan. Jempol lah buat Hanung & kru2 film ini.. :)

  4. hahaha…analisa dan rekomendasi yg sangat tepat dari mba titiw. Film ini menjadi kontekstual dengan keadaan Indonesia sekarang, hihihi… menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yg amnesia. film wajibnya FPI nih! :))

    1. HEYLOOOWH DEYOON! Duh apa kabar dirimu nak?! *cipika cipiki*. Hihi.. yes Indonesia itu kadang2 amnesia, jadi mari kita melawan lupa dengan menonton film ini! *eh* :D

      1. -kartikaajah-

        tjiye deyon,,, *komeng gak penting*
        krn lo bilang si saskia jelek, gw jadi memperhatikan akting dy terus… emang estede 12 bgt sih… apa lacur dy istri si sutradara sih… hmph

        1. Naah.. harusnya yang kayak gini nih yang gak boleh.. nonton harusnya tanpa pretensi apa2.. Selera orang kan beda2 ciin.. ;)

  5. dari segi padatnya film ini, gw memang mengakui kalo sang pencerah berhasil membuat penonton konsentrasi dari awal hingga credit title.
    gw juga suka dengan efektivitas adegan-adegannya..
    kalo dari segi look-nya, gw justru kurang sreg..bukan soal bagus atau jelek..mungkin bukan selera gw aja kali yah..soalnya kesannya mendung dan gloomy terusterusan, bahkan setelah keadaan di cerita membaik. hehe tapi yg jelas gw jg ga nyangka Hanung membuat film spt ini :D

    1. Warnanya emang gloomy sih Niks.. tapi aku malah suka.. abu2 tapi gak pathetic gitu. Haha.. gemana bilangnya ya? Jadi di akhir film kan ada matahari gitu, nah itu seakan2 simbol sang pencerah, yang mana mencerahkan hari2 gloomy di sana.. :)

  6. Rohani Syawaliah

    udah saya tonton 8 hari yang lalu… menyenangkan rasanya menjadi umat muslim dan melihat seorang umat muslim yang mau membawa pencerahan bagi saudara2nya. Tanpa takut untuk menghadapi tantangan di sana… dulu setiap mendengar nama organisasi mereka disebut di masyarakat saya merasa ad yg salah dengan mereka. ternyata mereka bukan aliran melainkan organisasi *jedang #barutahu

    1. Betul, sebelum nonton film ini juga aku pikir muhammadiyah itu adalah aliran. Ternyata, banyak cara belajar slain dari membaca dan bersekolah.. salah satunya ya adalah menonton film. Hehe.. Anyway kantorku di jakarta ada di Jl. Ahmad Dahlah lho, hehe..

  7. jadi ingat, saya nonton film ini dulu pas malam lebaran. Orang-orang di luar lagi pada takbiran, eh saya malah ada di bioskop. Nonton bareng si pacar (eh, tapi sekarang udah jadi suami saya lho)..

    Pas pulang ditanyain sama Mama kemana aja malam2 takbiran gini? Saya jawab aja klo tadi pergi nonton. Sebelum beliau marah..saya buru-buru ngejelasin klo tadi tuh film yg ditonton ceritanya tentang sejarah Muhammadiyah dan bla bla.. Mama yang notabene orang Muhammadiyah itu pun ndak jadi marah. Hihi, malah pengen nonton juga. wkwkwk

    1. Menurutku.. Film ini memang cukup apik untuk mereka yang ingin tahu lebih dalam tentang islam, tanpa harus belajar ngaji dan lain-lain. Cocok ditonton semua agama juga karena menggambarkan kebajikan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top