Malam itu, saya sendiri. Malam itu, saya terhempas. Malam itu, saya kembali ke tahun 90an. Malam itu, adalah malam dimana Michael Learns To Rock (MLTR) mengadakan konser di Jakarta dan akhirnya saya kesampean untuk menontonnya! Wacana awal sih sebetulnya pengin menonton bersama teman-teman dekat yang juga pecinta lagu-lagu lawas. Namun karena kesibukan yang meraja, tidak ada sama sekali yang bisa nonton. Ya udah, yang namanya kebahagiaan itu kan kita yang nyiptain sendiri, bukan karena orang lain. That’s why meluncurlah saya seorang diri menuju Skenoo Hall Gandaria City yang cuman 10 menit jalan kaki dari kantor tercinta, demi mewujudkan misi: MENONTON KONSER MLTR.
Konser dimulai pukul 20:00, tetapi saya harus masuk antrean yang super mengular dari pintu masuk sejak sekitar pukul 19:00. Ketika sudah sukses blusukan di dalam, dapatlah saya kursi di bagian belakang (secara punyanya tiket paling mursida). Namun itulah keuntungan nonton sendiri, saya bebas milih kursi dan dapet kursi belakang, tapi yang pandangannya gak terhalang oleh orang yang di depan! Yay! Frankly speaking, I was so nervous that night. My hand was a bit shaking, and I had a cold feet as well. Norak? Biariiin! Hahahaha. Udah nerves-nerves, konser dibuka terlebih dahulu oleh pemenang The Voice Indonesia yaitu Billy Simpson. Nice voice, nice performance, but we want MLTR!
Akhirnyaaa… Pukul 20:30 personel MLTR muncul juga di panggung! Teriakan audience yang bergema luar biasa kencang terdengar dalam hall. Konser pun dibuka dengan lagu “Sleeping Child”. MENGGILAAAA! Seperti yang sudah saya utarakan di awal post ini, lagu-lagu MLTR selalu memberikan saya rasa nostalgia yang pahit-manis, namun juga selalu berhasil mengembangkan senyum. Sleeping Child mengingatkan saya kepada sahabat baik saya waktu kecil, dimana saya sering bermain di rumahnya sambil bernyanyi lagu tersebut. Tanpa harus diberitahukan judul lagunya, hanya dengan mendengar intronya saja saya tahu bahwa itu adalah “Breaking My Heart”.
Berturut-turut setelah itu dibawakanlah “Love Will Never Lie”, “It’s Gonna Make Sense”, “Romantic Balcony”, “Nothing To Lose”, dan “Watch Your Back”. Khusus untuk Nothing To Lose, lagu ini melempar saya ke sekitar tahun 1997-1998, jaman sekolah dimana saya suka sama orang, orang itu suka sama saya, tapi gak ada pengakuan dari kami masing-masing. Saat itu, saya nulis diary sambil nangis dan lagu ini terputar di TV yang sedang menyala di luar kamar. That was the story of my first love. :’) Konser pun berlanjut dengan lagu “I’m Gonna Be Around” yang dibawakan secara akustik. Saya histeriiis! Somehow meskipun suka hampir semua lagu MLTR, saya dengan pede menyatakan ini lagu favorit saya yang selalu dan selalu dinyanyikan saat karaoke bersama teman-teman. Dan di tengah-tengah pertunjukan, Jascha si vokalis melemparkan sebuket bunga ke arah penonton. Hahahaha, cakar-cakaran deh itu cewek-cewek di depan sana.
Penonton masih panas menyanyikan lagu selanjutnya, yaitu “Out Of The Blue”, yang disambung sama “Blue Night“. Tapi saya agak bingung kenapa di lagu Blue Night gak banyak yang sing along ya? Ini lagu kan lumayan tenar. Atau sayanya aja yang terlalu hapal karena di perjalanan naik kapal laut menuju Makassar sekitar th 2000-2001, hanya kaset album Blue Night saya yang saya putar berulang-ulang bolak balik? Untuk selanjutnya, berkumandanglah “Any Way You Want It”, “Complicated Heart”, It’s Only Love”, “You Took My Heart Away”, dan “The Actor” yang dilengkapi dengan kecentilan sang gitaris Mikkel yang ke depan-depan dan diminta foto dan diciumin sama cewek-cewek. Layaknya konser di mana-mana, MLTR juga pamit mundur setelah 15 lagu. Namun karena teriakan “We want more” (ataupun “Curanmor” dalam teriakan saya) bergema, maka mereka balik lagi ke instrumen masing-masing.
Dan apakah lagu selanjutnya? “Take Me To Your Heart”, “Wild Women”, “25 Mins”, dan lagu yang videoclipnya diambil di Bali: “Someday”. Feeling saya mengatakan lagu ini adalah lagu terakhir, tapi gak relaaa karena ada 1 lagu kesukaan juga yang belum dibawakan, yaitu “That’s Why (You Go Away)” dari album favorit saya: Played On Pepper. Lagu ini ngajarin bahasa Inggris karena kasetnya harus dipause-play-rewind berkali-kali supaya saya bisa nyatet liriknya. Dalam rangka menghindari desek-desekan ketika selesai acara, saya meringsek ke arah pintu luar. Dan betul, MLTR yang terdiri dari Jascha Richter, Mikkel Lentz, dan Kåre Wanscher itu minta ijin untuk mundur. Aaaak, gak relaaa! Tapi emang ya musisi yang tampil di Jakarta pasti selalu terpukau dengan kengototan penonton kita, jadinya mereka keluar lagi untuk nyanyiin satu lagu yang dinyanyikan hanya dengan keyboard. Terus terang, saya tidak tahu itu lagu apa. Hehe, dan napsu audience terpuaskan setelahnya dengan dinyanyikannya “Paint My Love”, dan lagu yang tadi sempat saya singgung: “That’s Why (You Go Away)”. Gyaah! Konser ditutup dengan “Skandinavia”, dan berakhirlah malam itu dengan kepuasan pribadi yang priceless.
Thanks MLTR for throwing me back to the good ol’ days where the only thing that can make you cry is the absence of telephone ring from the one you’ve been longing for. :’)
PS: Special thanks to kakak Rusa for the ticket. *sunbasah*
PS2: Adakah yang bisa menebak usia saya berdasarkan tahun dan habit yang saya sebutkan dalam cerita ini? :D
[youtube]
[/youtube]
9 thoughts on “Romantic Flashback With MLTR”
Ternyata nonton sendirian tiw..nice story! Emang kadang seru juga pergi sendiri2 yg penting hepi.
Iyaah.. Abis kamuh2 pada sibuuk.. Padahal seru lhooo..
wawawaaa…
pasti umurnya 28-29 ga jauh2 dr saya, pengalamannya sama gitu. MLTR adalah sontrek idup saya :’)
Wahahaha.. Kasih tau gak yaaa.. x)
Wah! Kak Titiw emang pecinta MLTR sejati! Apal semua masaaa..
Nonton konser yg 10 menit jalan kaki dari kantor itu enak yo :))
hahahaha.. Ada yang nda apal juga koook.. Hehehe.. Thanks kakak Uchaaa.. You make my dream came true. :’)
Kang ojegnya sian nunggu sejam di trotoar. Nda dpt ucapan.
Tapi kan dapet cinta.. <3
wuaaaaa…baca review-annya jadi terhanyut sendiri mikirin gimana jadinya nanti akhir tahun nontonin mereka. Aaaaakk! My first concert! *teriak-teriak pake toa* Gak sabaaaaar!yaah even though anak-anak seumurku biasanya sukanya ama boyben boyben gitu tapi gak tau deh aku sukanya sama mereka. (just turned 14, and my sissy she just turned 11) both of us are addicted to them. *tons of love emoji*
Ps: Kalau kakak umurnya berapa? hihihi