Secercah Asa Untuk Pariwisata Indonesia

Hope-for-Pariwisata-Indonesia

Gak berasa udah di penghujung tahun 2014 aja nih. Tahun lalu saya sama geng ACI lagi sibuuuk berusaha nyalain api buat bakar-bakar jagung di galerinya Andi sambil tukeran kado taun baruan. Tahun-tahun sebelumnya? Lagi road trip ke Bali Utara, Lagi di Resort Gunung Putri Puncak, dan selalu dan selalu lagi bersama teman-teman. Bahkan saya tidak ingat lagi kapan terakhir kali menghabiskan tahun baru bersama orangtua. Makanya tahun ini saya memutuskan untuk di rumah saja bersama suami maraton film.

Sebenernya sih nggak ke mana-mana juga karena besok ada flight pagi ke Manado. Hehe.. Manado di Sulawesi Utara insha Allah akan menjadi trip pertama saya di 2015. Lalu bagaimana gejolak pariwisata Indonesia di tahun 2015? Apakah masih ada asa yang tersisa untuknya? Ah saya jadi pengen curhat nih. Gemana kalo curhat langsung ke orang yang megang posisi paling strategis dalam pariwisata kita?

Dear Pak Arief Yahya Menteri Pariwisata yang paling anyar, kalau tiba-tiba nyasar ke postingan ini jangan langsung cabut ya pak. Iya saya tau tampang saya nggak enak, tapi mohon disempatkan untuk membaca tulisan ini, tulisan yang saya dedikasikan untuk Pariwisata Indonesia. :)

Kata “traveling” baru akrab di telinga saya ketika baru lulus kuliah. Memang sih sebelum-sebelumnya juga sudah pernah traveling ke Bandung, Anyer, Puncak, Makassar, dan sebagainya. Tapi snorkeling di Pulau Peucang, main ke Tanjung Bira, kongkow di Bau-bau, kulineran di Belitung, baru saya jabani sejak saya mulai ngeblog. Kenapa blog? Karena saya tau banyak info pariwisata dari blogger yang lain.

Saya jadi tahu kalau kapal phinisi dibuat di daerah Bulumba, saya jadi ngerti kalo ada bahasa sejenis bahasa Korea di Cia-cia, dan saya jadi paham bagaimana cara naik kapal ojek dari Muara Angke menuju Pulau Harapan, Kepulauan Seribu. Dulu-dulu mah mana ngartri, Pak. Sekarang kalo googling apapun tentang pariwisata, yang bercokol di halaman pertama pasti ada blogger. Saya juga lebih percaya mereka dibanding halaman-halaman kementrian yang, maaf ya pak, membosankan dan infonya segitu doang. Seadanya.

Itu kekuatan media internet khususnya blogger Pak. Mungkin 10 tahun lalu belum banyak orang Indonesia yang ngerti akan negerinya sendiri. Namun lambat laun traveling menjadi mainstream, tapi ke-mainstream-an itu menyegarkan pak. Untuk kita-kita, untuk orang-orang lokal yang ekonominya membaik sejak banyak wisatawan yang datang, seperti di Belitung.

Turis asing juga mulai melirik Indonesia. Apalagi di pemerintahan yang sekarang bapak menjabat, targetnya 20 juta wisatawan mancanegara! Padahal dalam 2 tahun terakhir pariwisata Indonesia berada di kisatan 8-9 jutaan. Target yang muluk, namun apa yang tidak bisa di negeri yang subur ini? Koes Plus saja sampe bilang air dan tanah di sini cukup untuk menghidupi. Tongkat dan kayu pun bisa jadi tanaman.

Maka dari itu Pak, kalo saya boleh kasih saran.. Saya punya beberapa point yang bisa jadi highlight untuk Bapak ataupun segenap teman-teman di Kementrian Pariwisata yang sekarang berdiri sendiri tanpa ada embel-embel di belakangnya. Boleh kan pak? Boleh deh.. Berikut beberapa saran saya:

1. Rangkul blogger-blogger
Karena orang-orang lebih memercayai orang yang pernah merasakan apa dan bagaimana suatu tempat. Blogger bisa jadi ujung tombak pariwisata. Buktinya google saja bilang kalau Blogger itu sangat mereka perhitungkan karena bisa menjadi pesaing serius iklannya google. Tapo kalo rangkul saya beneran juga boleh Pak, sekalian nanti kita selfie bareng. Hehe.

2. Tebar network di mana-mana
Ini pikiran konyol saya aja sih tapi siapa tau bapak bisa sohiban sama yang “megang” Lonely Planet. Beberapa tahun lalu Pulau Peucang belum tertera di kitab suci para traveler itu lho pak. Pasti bisa lah, bapak kan mantan orang komunikasi, pasti komunikasinya jagoan neon.

3. Jangan setengah-setengah
Maksudnya? Kalau pameran atau buat website pariwisata atau apapun jangan yang jelek Pak. Sekalian yang bagus biar Indonesia makin keliatan di mata dunia. Banyak orang-orang kreatif di sini yang bisa diberdayakan dengan harga yang surprisingly tidak mencekik leher. Malah teman saya ada yang traveler sekaligus programmer handal. Percayalah jika minta tolong sama orang yang memang cinta Indonesia dan cinta traveling, semua akan dimudahkan. Aamiin. Oh ya, mudah bukan berarti murah yaa.

4. Persiapan yang matang di segala bidang
Daerah yang paling siap untuk pariwisata sih menurut hemat saya hanya Bali. Daerah lain belum. Sehingga jika ada heboh-heboh gara-gara suatu budaya pop (semisal film), sebuah tempat tidak langsung hancur karena serbuan wisatawan. Istilahnya gini Pak, boleh nggak kita bikin infrastruktur yang mumpuni dulu baru marketingnya dijalankan? Emang sih ini butuh kerjasama antar sektor misalnya kementrian PU.

Kayak bikin film aja, semuanya beres. Baru deh woro-woro. Jadi jangan udah keburu wisatawan pengin ke sana tapi jalanannya masih rusak, penampungan sampahnya masih kurang memadai, dan segala tetek bengkak bengek yang harusnya win win solution jadi pupus. Kesian pak selama ini temen-temen saya yang traveler selalu teriak-teriak “Ayo jadi traveler yang bertanggung jawab“. Iya sih, tapi peran pemerintah kan juga kudu ada pak. Masa saya sama temen-temen saya yang bikin jalanan aspal buat jalanan di Ujung Genteng? (Tapi lagi-lagi ini kerjasama ama Kementrian PU sih)

5. Dokumentasi data yang super prima
Begini maksud saya. Kenapa orang lebih banyak ke Singapura dan Malaysia dibandingkan Indonesia, padahal sudah banyak orang yang bilang kalo Indonesia gak kalah cakep. Ini karena data mengenai Indonesia itu masih kurang, sehingga orang-orang di luar sana bukan gak mau ke Indonesia. Tapi nggak tahu.

Gini aja deh, saya tinggal ngetik penginapan termurah di Singapur. Ada. Penginapan termahal. Ada. Mau makan lobster di mana. Ada. Mau makan laksa singapur yang bumbunya rasa kare ayam tapi rasanya gak terlalu pedes cabe tapi pedes lada, saya rasa juga bakal ada bentar lagi. Bahkan sampe ke detail harga! Kepastian ini yang bikin calon wisatawan merasa “aman” untuk ke sana. Lah ini? Coba aja pak buka Wikipedianya Kementrian Pariwisata. Lebih pendek dari tulisan saya ini. Gemana orang mau percaya sama pariwisata kita kalo data dan informasi tentang Indonesia saja minim?

6. Jangan ada diskriminasi turis mancanegara dan turis lokal 
Hal ini dari attitude ataupun harga. Attitude? Sudah biasa itu kalo turis asing lebih didewakan dari turis lokal. Ini bisa bikin turis lokal jadi males bertandang ke daerah sendiri pak. Sedangkan mengenai harga? Kalo bisa HTM ke objek-objek wisata jangan dibedakan.

Kalau kita masuk Rp 20.000, biarkan turis asing juga membayar seperti itu. Apalagi kalau jualan suvenir, turis asing berasa dirampok. Dan mereka tidak segan untuk cerita itu di blog ataupun website-website review seperti trip advisor. Gemana coba Pak perasaan bapak kalau bapak lagi jalan-jalan di Italia trus harga-harga ditembak karena orang Indonesia terkenal suka bawa duit banyak? Meskipun iya (aamiin) kan keki juga.

7. Transparansi
Jika ada kendala, kekurangan, atau kecelakaan, jelaskan secara transparan apa yang bikin kecelakaan itu dan bagaimana menghindarinya sehingga citra kita positif. Misalnya sewaktu ada bom di Bali. Saya sempat tanya sama orang Irlandia di sana apakah dia tidak takut ke Bali. Dia bilang “Biasa aja, di Irlandia mah bom-bom begini bisa sebulan sekali!” Waduh. Tapi nyatanya, jarang ada travel warning ke Irlandia toch?

8. Pergantian taglinee
Bener deh pak, tagline Wonderful Indonesia nggak bisa diganti ya? Bikin kontes tagline dong pak, entah kenapa saya kurang genah dengan tagline tersebut. Beda dengan “Malaysia, Truly Asia” yang ngena banget. Maap pak cuma masukan yang pure pake feeling. :)

Sekian saran dan masukan dari saya, semoga dibaca sampai selesai tanpa kesel-kesel kalo tulisan saya kurang berkenan. Oh ya Pak, saya jadi ingat dulu sewaktu mengunjungi Gallery Nu Art di Bandung. Ada sebuah instalasi bertuliskan Indonesia yang meleleh. Namun beberapa huruf yang membentuk kata Indonesia ada yang tidak meleleh. Kata guide di sana, I Nyoman Nu Arta membuat itu karena Indonesia porak poranda di berbagai bidang, namun ia yakin masih ada harapan dan asa bagi Indonesia. Semoga pariwisata Indonesia dapat lebih maju di tahun 2015 dan di tahun selanjutnya tanpa ada pihak yang dirugikan, tanpa ada lingkungan yang dikorbankan. Selamat tahun baru, happy traveling!

PS: Saya belum pernah ke Banyuwangi dan bapak kan orang aseli sana. Siapa tau ada rejeki dan waktu, kapan-kapan kita ke Ijen bareng ya Pak! :D

PS 2: Tulisan ini adalah salah satu posting bareng bersama geng Travel Blogger Indonesia dalam rangka menyambut tahun baru. Silakan mengunjungi tulisan mereka di:

  1. Farchan: Surat Terbuka Kepada Menteri Pariwisata
  2. Lenny: Surat Untuk Menteri Pariwisata
  3. Vika: Pariwisata Indonesia
  4. Wira: Sepucuk Surat Untuk Menteri Pariwisata
  5. Titiw: Secercah Asa Untuk Pariwisata Indonesia
  6. Fahmi: Surat Untuk Menteri Pariwisata: Pariwisata Indonesia dan Segala Problematikanya
  7. Indri: Peduli Budaya Lokal untuk Pariwisata Indonesia
  8. Titi: Surat untuk Pak Arief Yahya
  9. Yofangga: Pak Menteri, Padamu Kutitipkan Wisata Negeri
  10. Nugie: Merenda Asa untuk Pariwisata Kota Indonesia
  11. Olive: Indonesia, Belajarlah pada Malaysia
  12. Bobby: Dear Menteri Pariwisata Indonesia
  13. Danan: Repackage Visit Indonesia Year
  14. Firsta: Thought and Testimonial : Tourism in Indonesia
  15. Felicia Lasmana: Target 1 Juta Wisman Per Bulan menurut seorang Biolog, Pejalan, dan Blogger

47 thoughts on “Secercah Asa Untuk Pariwisata Indonesia”

  1. semoga tahun 2015 adalah tahun yang baik ya kak ^^ Memang selama ini kadang promosinya terlalu cepet, tapi destinasinya belum siap. Jadinya ya alakadarnya gitu~ kadang malah ada yang jadi rusak :| tapi tetep semangat berbagi untuk negeri deh ^^

  2. Ini kerja lintas instansi sih: tiket penerbangan Jakarta – Singapura masih lebih murah daripada Jakarta – Pangkal Pinang atau Jakarta – Bali. Padahal maskapai nasional.

  3. ngikik bacanya, tulisan kak titiw mesti lucu :D
    eh, ada yang dipromosiin jadi programer ni
    ciee.. ciee..

  4. Kak titiw,
    Sarannya kece2 semua nih. Moga aja menteri kita cepet temenan ma yang empunya “Lonely Planet” yah. Tapi btw saya rasa buku sakti itu udah agak memudar (lagi-lagi) karena keberadaan kita2 sebagai travel blogger yang memberikan info lebih cepat dan aktual eeeaaa

  5. Kk Titiw nulisnya selalu ringan tapi nyelekit
    bacanya jadi senyam-senyum sembari mikir

    semoga 2015 jadi awal yang mencerahkan bagi bangkitnya pariwisata Indonesia

    yg dipromosiin siap2 tuh disamperin ;)

  6. Danan Wahyu Sumirat

    yg jadi pertanyaan aku satu lho kak. Kenapa sih kemenpraf kita ngga ngundang blogger luar negeri, kaya malaysia , philipina dan singapura ngundang blogger kita.

    1. Udah pernah kok kak setau aku. Mereka jalan2 ke jogja.. bali.. dll.. coba aja cek2 historynya @indtravel

  7. Rifqy Faiza Rahman

    Ah mantap. Suratnya langsung berisi pesan teknis. Lekas ditanggapi, dipertimbangkan, dan dilaksanakan ya Pak! :)

      1. Rifqy Faiza Rahman

        Waah, makasih ya mbak Titi. Btw, jangan panggil saya “kak” ya, saya masih enom banget, masih pelajar :|

  8. putri normalita

    amiiiiiin, semoga semua doa teman2 itb terkabul ya gusti.
    kak enaknya ganti tagline apa ya? Indonesia tanah surga aja apa?? hehehe

  9. Haha… Baca tulisan Kak Titiw ini sambil senyam-senyum dan mendelik. Kayak lagi makan enak terus disentil di kuping. Semoga Pak Menteri baca ini dan Programmer handal kita itu di-hire sama Pak Menteri. Amin. :p

  10. Fakhrurroji Hasan

    Amiin.. sangat menginspirasi +Titi Akmar , semoga didengarkan oleh Kementerian Pariwisata untuk kebaikan pariwisata di Indonesia. Tapi, sekedar untuk memberikan perspektif yang lebih luas, bagaimana tata kelola pemerintahan (baca : birokrasi) di Indonesia terkait dengan otonomi daerah dan imbasnya pariwisata, bisa jadi koordinasi – antara kementerian pariwisata dengan masing-masing Pemerintah Daerah sebagai penguasa destinasi wisata di daerahnya – bisa jadi belum terjalin dengan baik. Imbasnya ya kepada aspek database pariwisata, promosi destinasi wisata. Tidak usah jauh-jauh, bicara Ragunan saja, masih banyak potensi yang bisa digarap, dan masih banyak juga yang sangat harus diperbaiki.

  11. Sepakat dan Amin Mbak ..
    Semoga EKONOMI KREATIF yg dapat memberikan manfaat ekonomi tanpamerusak alam, seperti Sektor PARIWISATA ini membuat rakyat sejahtera.

    May GOD Guide Us.

  12. Swastika Nohara

    Surat ini mohon di print, diberi nomor surat dan dialamatkan ke kementrian ya Dek Titiw… Hehehehe… Amin, semoga pariwisata Indonesia makin bersinar! Jadi jalan kemana aja kita 2015 ini Tiw?

  13. Firsta | Discover Your Indonesia

    Kak Titiw,
    Bisaan banget nyelipin kesediaan untuk dirangkul beneran. :))) “rangkul saya beneran juga boleh Pak, sekalian nanti kita selfie bareng. Hehe.”
    Suratnya keren Kak Tiw, kalau aku sih gpp harga tiket masuk dibedain tapi jangan gila banget bedanya. :(

    Ehya, satu lagi yg suka aku bingung (agak OOT dikit), kenapa ditempat wisata, misalnya sekelas Prambanan.. toilet masih disuruh bayar, trus nah loh si turis ga punya uang kecil. Hahaha..

      1. Firsta | Discover Your Indonesia

        Kamu blogger abal trus aku dibilang apa? >.< butiran debu bloger abal. Aku ikut juga dong kalau Kak Tiw selfie bareng Pak Menteri. Hihihi..

        1. Heeeeeh kamu mah blogger seriyes pake bangeeet! Muahahaha.. selfie bedua aja kita belom punya kak. Cediih :”(

  14. Ahai…

    Dah lama gak mampir mari, dah banyak yang brubah.

    Nah iya pernah ada bule kantor yang protes ga mau bayar entrance fee yang jauh lebih mahal dibanding kita-kita wisatawan lokal. Ini kejadian di suatu tempat wisata di Tana Toraja. Dia keukeuh juga kalau punya KIMS dan bekerja di Indonesia mestinya ga ada perbedaan tarif, tapi penjaga loket mana mau ngerti dan KIMS apaan aja ga tau.

    Tapi kesenjangan penghasilan antara dia dan kita juga jauh banget, mungkin ini alasannya kali ya dibikin kesenjangan tarif masuk.

    1. Nah ini dia nih yang pada umumnya ada di pikiran orang2. Iya kak, penghasilan dia emang gede dibanding kita. Tapi harga2 di Indonesia kan lebih murah. Jadi penghasilan kita sebanding dengan apa yang kita beli. Sedangkan dia? Dengan harga 2 kg apel di sini bisa jadi dia cuma bisa dapet 2 biji apel di Amrik. Jadi penghasilan gede si bule atau turis = pengeluaran gede juga. That’s why mereka kalo melancong sering lama gitu kan berbulan2? Nah itu hasil nabung yang lama juga katanya. katanya sih.. Dan somehow aku setuju kalo harga disamain. :D

  15. Bambang Rahardjo

    Sekarang sudah 2016 semoga asa itu masih terus membara :D
    Tahun kemaren target yang teralisasi sekitar 10 juta wisman, masalah klasik masih saja yaitu infrastruktur, semoga bisa pemerintah bisa peka dan tanggap dengan hal ini…
    Bisa nih dijadiin “surat kaleng” buat Pa Menteri dan Pa Presiden hehehe…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pulau Padar Titiw

Titiw

Ngeblog sejak 2005

Female, Double (hamdallah sudah laku), berkacamata minus satu setengah yang dipake kalo mau lihat nomor angkutan umum doang. Virgo abal-abal yang sudah menjadi blogger sejak tahun 2005 yang pengalaman menulisnya diasah lewat situs pertemanan friendster.

Scroll to Top