Halo sobat Doraemon seJawa-Bali! Siapa nih yang sekarang lagi Work From Home alias WFH karena virus COVID-19? Atau malah masih ngantor? Semoga semuanya sehat-sehat selalu yaa. Karena saya lagi WFH dan punya waktu agak luang karena tidak meeting ke sana kemari, akhirnya saya sempat juga membuka blog picisan ini.
Ketika saya sambangi beberapa post, saya baru ingat bahwa saya pernah punya project “INSTASTORY“. Ya, saya bikin Instastory bahkan sebelum Instagram memiliki fitur Instagram Story. Hahahaha. Intinya sih bercerita tentang 1 foto yang saya post di Instagram, setiap hari Rabu.
Dan project yang saya lakukan di tahun 2014 itu berjalan selama 1 bulan saja alias ada 4 post dengan tajuk Instastory. LOL, itulah contoh kegigihanku dalam membuat sesuatu. Panas di awal, anget-anget tai ayam di tengah, dan dingin menghanyutkan di akhir alias tenggelem tulisannya.
Tapi sekarang mau lebih semangat lagi biar blog ini juga lebih sering update, seperti objective awal saya bikin “Instastory” tersebut. Biar jelasnya apa itu Instastory, bisa lihat di postingan pengenalan saya yaitu >> Instastory: Cerita Pejalan Di Balik Pigura. Ok langsung saya cerita aja deh tentang salah 1 foto saya di Instagram minggu lalu.
My Signature Style: Meroda
Foto di atas merupakan foto saya di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung. Jamak dibilang orang pantai Laskar Pelangi karena film tersebut memang melakukan shooting di pantai pasir putih yang penuh dengan bebatuan cantiknya itu.
Baca Juga: Musikal Laskar Pelangi yang Menghibur!
Pasir pantai yang putih dan luas selalu membuat hati ini senang dan tawa terbentang. Rasa bahagia itu saya luapkan dalam beberapa gerakan dan lompatan. Rolling, jumping, sampai cartwheeling. Dan yang terakhir itu adalah gerakan yang selalu saya lakukan di pantai.
Sudah tak terhitung berapa kali cartwheeling alias meroda yang saya praktekkan. Dari pantai di Krakatau, pantai di Anyer, pantai di Ujung Kulon, pantai di Ambon, pantai di Makassar, dan masih banyak lagi. Entah sejak kapan saya melakukan hal ini, tapi yang terekam dalam dokumentasi foto adalah gerakan meroda saya di Anyer tahun 2005 bersama para karib.
Sejak itu, pose meroda selalu menghiasi foto-foto traveling saya. Acap kali saya mendapatkan komentar: “Inget umur dong“, atau “Masih saja melakukan hal seperti itu ya di usia segini.“. Well, menurut saya meroda adalah simbol keceriaan, kebahagiaan, dan kesehatan. Sama sekali bukan simbol usia muda.
Malah jika saya masih dapat melakukannya di usia 50, 60, dan selanjutnya, bukannya bagus ya? Itu berarti fisik saya Hamdalah masih kuat untuk melakukan gerakan fisik yang terhitung sulit dan tidak semua orang dapat melakukannya. Jadi, siapa suka meroda di sini? Atau kamu punya signature style lain saat traveling seperti kak Bobby yang suka pose pura-pura mati atau kak Nunuk yang acapkali meletakkan kacamatanya di kepala dan memberikan jempol? ;)
6 thoughts on “Instastory: My Signature Style: Meroda”
Selalu menyenangkan liat foto2mu meroda itu. Bawa mood positif. Semoga selalu bisa meroda terus sampek tua!
Uwuuuu! Aamiin. Makasih banyak kakaaak! :D
aku sekarang punya gaya tangan menengadah ke atas 😆
HAhahaah macem doa gitu kaaak maksudnyaaa? x)
Kalo signature style qu baiknya apa ya, mo?
REBAHAN